Bab 8

35.1K 1.6K 76
                                    

Normal pov...

Sudah 4 hari sejak kepergian Ning Yana ke Malaysia dan Singapura.

Matahari sudah terbenam. Sholat Maghrib telah terlaksana bagi yang melaksanakannya.

Terlihat Ning Delia berjalan di depan gerbang Pesantren sambil menangis. Ia terlihat sangat hancur. Tangisannya sangat menyayat hati yang mendengar tangisannya itu.

"Brak!!" "Brak!!" Ning Delia menggedor pintu gerbang Pesantren dengan brutal.

"Kang! Kang Rendy! Buka gerbangnya!!" Teriaknya sambil menggedor pintu gerbang.

"Iya Ning, tunggu sebentar" sahutan dari balik pintu gerbang Pesantren yang menjulang tinggi.

Gerbang Pesantren Al-Alawi terbuka dan Ning Delia segera menghapus jejak air matanya.
"Kok sendirian Ning?" Kang Rendy merasa aneh karena Ning Delia tak pernah pulang ke pesantren sendirian sejak ia menikah.

"Nggak papa kang, Aban yai ada di ndalem kan?"

"Ada Ning, masuk Ning"

Ning Delia melangkahkan kakinya memasuki kawasan pesantren. Saat Ning Delia tida di depan ndalem bertepatan Abah yai Kholil berjalan dari arah masjid pesantren bersama Azril.

"Abah yai" gumaan Ning Delia lirih saat melihat sang kakek yang berjalan ke arahnya sambil berpegangan dengan tangan Azril.

Ning Delia langsung menghamburkan pelukannya pada sang kakek saat kakeknya tepat berada di depannya. Ia menagis dengan kencang di pelukan sang kakek.

"Ada apa nduk? Suamimu Zein mana? Kamu kok sendirian?" Abah yai terlihat khawatir dengan keadaan sang cucu.

"Hiks.. hiks...." Ning Delia melepaskan pelukannya pada Abah yai.

"Kak Zein.. Kak Zein mau cerain Delia bah.." air mata Ning Delia tidak berhenti mengalir, malah semakin deras mengalir dan berlomba-lomba untuk keluar.

"Astaghfirullah hal'adzim" setelah itu Abah yai Kholil pingsan tidak sadarkan diri dan dengan sigap Azril menangkap Abah yai sebelum jatuh ke tanah.

"Abah.. Abah.." panggil Azril panik.

"Abah.. maafin Delia bah.." setelah itu Ning Delia ikut-ikutan pingsan yang membuat Azril semakin panik.

"Astaghfirullah hal'adzim, ini kenapa Aa?" Gus Wafi datang dan langsung memeluk kakaknya dengan panik dan khawatir.

"Pingsan Gus. Abah yai kayaknya kena serangan jantung" jawab Azril apa adanya.

Entah datang darimana mobil Gus Alif. Mereka memasukkan apa ya Ida nengdi Lia ke mobilnya dan ia segera membawa ke rumah sakit bersama Azril dan Gus Wafi.

Sekarang mereka tengah menunggu di depan UGD. Pertama-tama Gus Alif menghubungi Adeffa sangat baik dan Azril menghubungi Abi Fariz.

Tak lama Adeffa datang.

"Gimana mas?"

"Masih di dalem"

"Umi sama Abi udah di kabarin?"

"Udah, lagi otw ke sini. Kamu kok sendirian? Kan mas minta kamu dateng sama_"

"Mas Alif tau gak kalau di kediaman Pratama lagi tegang, soalnya Zein aku cerain Delia" aku memotong perkataan Mas Alif.

"Apa?!!"

"Iya Gus, sebelum Abah yai pingsan Ning Delia datang sambil menangis dan mengatakan bahwa Zein akan menceraikannya" Kata Azril membenarkan ucapan Adeffa.

"Apa alasannya?" Pandang Gus Alif berubah marah.

"Deli tahu kalau suaminya tidak mencintai dia dan Zein tidak tahan dengan hubungan yang penuh akan kepura-puraan dan kepalsuan" Adeffa menceritakan kejadian yang terjadi di kediaman Pratama.

Assalamualaikum My Destiny (END & LENGKAP)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang