Bab 26

29K 1.6K 46
                                    

Jangan komen *next*
Jangan komen *lanjut*

Komen yang lain kan bisa Contoh nih contoh

"author kok cantik"

Komen seperti itu malah lebih bikin aku semangat daripada komen "next"

Komen uneg uneg kalian juga boleh. Uneg uneg kalian tentang alur cerita Assalamualaikum My Destiny. Kalau kalian kasih kritik tentang cerita aku ini aku malah seneng banget.

Juga boleh Bebas kalian mau komen apa. Asal jangan *next* dan *lanjut*. Juga jangan cuman diem aja nggak vote atau pun komen ya para readers...

Kalau gak aku bakal update lama.. oke...

Jangan lupa vote ya.. hargain penulis...

Salam rindu dari aku buat kalian semua...

______________________________

Normal pov...

Acar milad pesantren Al-Alawi sedang berjalan. Gema sholawat terdengar dimalam yang cerah dengan taburan bintang sebagai penghias.

Walaupun Reya seorang Ning dia tetap duduk dibarisan para santri putri, itupun tidak dibarisan depan seperti sepupu-sepupu perempuan suaminya.

Di atas panggung sana Gus Juna sesekali melirik sang istri. Bukan hanya Gus Juna yang sesekali melirik seorang Reya, tapi Gus Dafi juga.

'saat kita dipertemukan lagi, aku pikir kita masih sama, tapi aku salah Fre'

"Gus Dafi sejak tadi melihatmu" bisik Alesya yang sendari tadi menyadari tatapan Gus Dafi pada sahabatnya itu.

"Mbak, jangan dibahas" cicit Reta sambil menunduk.

"Setidaknya beri penjelasan pada 2 pria yang sejak awal acara selalu mencuri-curi pandang padamu" Reya hanya diam tidak ingin membalas ucapan Alesya.

Kita tinggalkan pembicaraan dua istri dari 2 gus tampan itu. Kita beralih pada tempat empat Gus remaja.

"Liat si Ali, nggambas (caper)" ucap Gus Hanan sambil melihat Gus Ali yang sedang memotret diarea santri putri.

"Harusnya Aku ikut dia jadi fotografer" Ucap Gus Yanan yang terlihat sangat iri.

"Bukan cuman Ali, tapi Wafi juga" ucap Gus Reano sambil menunjuk Gus Wafi yang dengan gagah berdiri di depan tangga panggung memakai seragam Banser.

"Sudahlah jangan urusi urusan mereka, kita nikmati saja acaranya" sepertinya cuman Gus Faza yang waras.

Sedangkan itu Gus Ali tengah memotret dengan kamera mahal miliknya pemberian dari Zelvin Pratama sebagai hadiah.

Sejak tadi Gus Ali tidak berhenti menebar senyum nya, entah itu senyum ramah pada para santri Putra dan santri putri juga pada warga sekitar yang datang, atau senyum bahagia karena hasil jepretan kamera-nya yang sangat memuaskan.

Senyum Gus Ali semakin mengembang saat melihat kebahagian dari seseorang yang telah ia cintai dalam diam.

"Cantik..."

'Heh! Ali! Jaga mataku!!' itu suara Gus Alif yang sedang menegurnya.

'Kau mengganggu Mas Alif' decak kesal Gus Ali. Dua adik kakak itu sedang melakukan komunikasi dengan cara bertelepati.

'Cepat pergi dari sana!' Gus Ali yang mendengar ucapan hati sang kakak langsung menatap melas pada Gus Alif yang berdiri lumayan jauh darinya.

Gus Alif yang melihat wajah memelas sang adik bukannya kasihan Gus Alif malah menatap tajam pada sang adik yang sedang menyengir lebar.

Assalamualaikum My Destiny (END & LENGKAP)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang