Prolog

9.9K 447 28
                                    

"Aku nggak mau tahu pokoknya Mas Nana jangan sesekali muncul di depan teman-teman aku lagi!" seru Winta ngegas. Sementara pria bernama lengkap Nathan Nareshwara itu hanya mendecih pelan.

"Takut banget ketahuan kalau aku suami kamu ."

"Takut lah. Mas Nana inget, kan? Pernikahan kita kurang dari setahun lagi udah berakhir."

"Gampang banget bilang kayak gitu."

Nana hanya tersenyum tipis. Menghadapi istrinya yang masih labil memang perlu kesabaran ekstra. Terlebih mereka menikah bukan karena cinta, tapi karena kesalahpahaman di malam itu. Kecelakaan yang sebenarnya tidak bisa dikatakan kecelakaan. Iya, hanya kesalahpahaman yang berujung pada pernikahan sah di mata hukum dan agama.

"Dari sekian banyak perempuan nggak ada yang mau jadi janda. Apalagi di usia muda. Nah, kamu malah semangat banget mau jadi janda."

"Ya gimana nggak semangat orang nikahnya terpaksa."

Nana menyentil dahi Winta pelan. Cewek manja itu sempat mengerucutkan bibirnya. Nana selalu saja memperlakukannya seperti anak kecil. Padahal usianya sudah 20 tahun. Apes banget memang terpaksa menikah di usia muda. Di mana usia tersebut masih anget-angetnya buat nongkrong dan kongkow-kongkow bersama teman-temannya.

"Yakin kita bakal cerai tahun depan?"

"Yakin seratus persen."

"Kalau ternyata kita nggak jadi cerai gimana?"

"Mas Nana sendiri yang bilang kalau kita nggak bisa terjebak pernikahan ini terus-terusan, kan?"

Nana terkekeh. Dari sekian puluh hari bersama Winta, dia heran kenapa rasanya sulit untuk tidak menjilat ludah sendiri. Dulu Nana yang membuat perjanjian bakal cerai setahun setelah janji suci itu diucapkan. Tapi, sekarang malah rasanya dia ingin membatalkan perjanjian itu dengan alasan suka dengan Winta. Atau bahkan cinta? Tanggung jawab? Mungkin iya, karena Nana telah berjanji pada kedua orang tua Winta untuk selalu menjaganya. Dan mungkin karena Nana ingin membuktikan bahwa dia lebih baik daripada Yaya.

"Itu dulu, tapi sekarang kayaknya nggak berlaku."

"Mas Nana! Kita nikah bukan atas dasar cinta, tapi karena terpaksa. Dan soal Kak Yaya...."

"Kalau kamu pisah sama aku, yakin Yaya bakal nerima kalau tahu kamu janda?"

"Ya makanya Mas Nana jangan pernah muncul di depan temen-temen aku. Apalagi di depan Kak Yaya."

Nana meneguk satu gelas air putih di meja makan sampai habis. Berdebat dengan Winta membuat kerongkongannya kering. Nasib punya istri cerewet seperti Winta.

"Padahal aku pengen Yaya dan temen-temen kamu tahu kalau kamu istrinya Nathan Nareshwara. Mantan mawapres 1 universitas yang jadi incaran cewek-cewek sekampus."

"Hihhh, mawapres udah ganti juga. Masih aja kepedean!" cibir Winta.

"Buktinya kamu terpesona kan waktu pertama kali ketemu aku. Ngaku aja deh, Win."

Winta terdiam. Bingung mau bilang apa. Mau jujur, takut Nana semakin narsis. Mau bohong, tapi nyatanya dia sempat terpesona. Padahal saat itu dia sedang mengincar Yaya, mahasiswa jurusan hubungan internasional yang sudah bersahabat dengannya sejak SMA.

"Ngaku nggak?"

Winta sontak menggeleng. Kali ini terpaksa dia berbohong. "Nggak, kok."

"Tapi Jeano pernah bilang kamu terpesona waktu pertama ketemu aku di fotokopian."

Demi Tuhan dan seluruh alam semesta, Winta rasanya ingin mengirim santet ke Jeano, kakak kandungnya yang punya mulut selebar ember.

"Nggak usah percaya sama Bang Jeano. Itu hoax."

Young CoupleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang