59. Panicky

1.5K 200 45
                                    

Holaaa!!!

Akhirnya aku update lagi.

Selamat hari raya Idhul Adha bagi yang menjalankan, ya. Selamat mabok daging sapi dan kambing. Hehe

Jangan lupa vote dan komen sebanyak mungkin biar chapter ini meledak dahsyat. Vote dan komen kalian itu vitamin bikin aku semangat ngetik lho. 

Wahai, para silent reader yang gak mampir di Karyakarsa, tunjukkan eksistensi kalian di wattpad. Mumpung vote dan komen itu hukumnya halal. 

Mana nih para pendukung Nathan-Winta balikan?

Mari bersatu padu kawal mereka sampai halal lagi. Siap nggak?

Jangan lupa follow aku.

❤️❤️❤️











Kalau ditanya, apakah masih galau? Tentu Winta akan menjawabnya iya. Seminggu sejak pertemuannya dengan Nana di apartemen kemarin, Winta masih memikirkan pria itu. Winta sudah mencoba menghubungi Nana lagi, tapi tidak ada jawaban. Hingga akhirnya dia tidak sengaja bertemu dengan Renza di basement, dan Renza bilang kalau Nana sedang ikut jadi relawan di daerah Kenjeran. Renza bilang kalau Nana habis dinas di rumah sakit langsung ke tempat kegiatan volunteer-nya. Jadi, dia menginap di sana. Katanya sih kegiatan itu sampai seminggu. Seharusnya hari ini Nana sudah pulang. Namun, Winta belum juga menemukan sosok pria itu. Padahal sedari tadi pagi Winta terus memantau kedatangan Nana. Ya, weekend ini Winta menghabiskan waktunya untuk menunggu Nana.

Kalau kata orang menunggu itu hal yang sangat menyebalkan, Winta menyetujuinya. Namun, untuk kali ini Winta mengesampingkan argumen itu. Pasalnya sekarang dia menunggu Nana dan belum bosan meski sampai berhari-hari. Apalagi chat Winta sama sekali tidak dibalas oleh Nana, sehingga perempuan itu semakin tidak sabar bertemu dengan mantan suaminya. Kedua manik mata Winta berbinar ketika melihat Nana keluar dari lift membawa tas ransel. Sebenarnya menunggu Nana pulang dari kegiatan volunteer seperti ini seperti dejavu, tapi untuk kali ini Winta yakin penantiannya tidak akan sia-sia. Buktinya Nana sekarang sudah ada di depan matanya.

"Mas Nana!" seru Winta girang, tapi Nana malah menunjukkan ekspresi sebaliknya. Pria itu tampak tidak bersemangat bertemu dengan Winta.

"Ada apa, Win?" tanya Nana. Nada bicaranya sedatar wajahnya.

"Syukurlah Mas Nana udah pulang. Aku pengen ketemu Mas Nana," jawab Winta.

Nana menghela napas berat. "Aku capek banget, Win. Mau tidur aja abis ini."

"Oke, Mas. Entar kalau udah bangun, tolong kabarin. Aku mau ngomong sesuatu sama Mas Nana."

Nana menggeleng. "Aku nggak bisa janji. Ini aku capek banget."

Winta akhirnya pasrah. "Ya udah, kapan pun Mas Nana longgar, aku bakal setia nungguin. Kabarin aja kalau udah senggang."

Nana mengangguk. Bukan hanya capek yang membuatnya tidak semangat, tapi karena cemburu melihat Winta dan Yaya seminggu yang lalu juga. Jujur saja Nana muak melihat tampangnya Yaya saat itu. Apalagi sok dekat banget sama Winta.

"Beneran kabarin aku, ya, Mas." Winta mengingatkan sekali lagi.

"Iya," jawab Nana singkat. Lantas melangkahkan kakinya untuk masuk ke dalam apartemennya, tapi Winta menahannya di ambang pintu.

"Tunggu, Mas! Jangan masuk dulu! Aku mau ngasih sesuatu buat kamu. Tunggu di sini bentar, ya."

Nana mengernyit bingung, tapi anehnya dia menuruti saja titah Winta. Beberapa detik kemudian, Winta muncul lagi seraya membawa 2 buah kotak Tupperware.

Young CoupleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang