Haloooo!!!
Sesuai janji, aku update malem ini untuk menemani malem sabtu kalian. Hehe
By the way, makasih banget buat semua dukungan kalian. Udah bikin aku semangat lanjutin cerita ini. Padahal dulu udah kek hopeless nulis. Huhuhuuu
Siapkan mental dan hati karena chapter ini mengandung sesuatu yang bikin emosi naik-turun.
Tolong biasakan klik vote sebelum baca, ya. Ayo langsung klik vote! Hehehe
Aku paling seneng sama vote dan comment.
Happy reading....
***
Menurut sebagian orang, kata-kata adalah doa. Dan kini memang terbukti. Hampir setahun yang lalu Nana dan Winta sama-sama membuat perjanjian pernikahan itu hanya akan bertahan setahun. Ucapan dalam perjanjian itu terjadi sungguhan. Pernikahan mereka hanya bisa bertahan setahun. Tepat hari ini ketukan palu sidang di meja hijau menjadi awal baru bagi kehidupan mereka sebagai duda dan janda muda. Ini terdengar miris memang, tapi mau bagaimana lagi. Pasca pemulihan laparotominya Winta, Nana berusaha keras meyakinkan Winta untuk tetap bertahan. Namun, usahanya sia-sia. Winta tetap pada pendiriannya. Perempuan itu tetap meminta untuk berpisah.
Sebenarnya Pak Damar, Bu Julia dan Bunda Wenny sudah berusaha membantu Nana untuk meluluhkan hati Winta kembali. Namun, hasilnya nihil. Nana sendiri bingung kenapa Winta sebegitu ingin berpisah dengannya. Apakah kesalahannya saat itu benar-benar fatal? Padahal Nana pikir kelalaiannya hingga membuat Winta dan dirinya harus kehilangan buah hati masih bisa diperbaiki. Mereka masih bisa berusaha punya anak lagi, tapi nyatanya pemikiran Winta berbeda. Nana gagal mempertahankan pondasi rumah tangga yang susah payah dia bangun selama setahun ini. Hatinya remuk redam. Mungkin sewaktu kedua orang tuanya cerai saat masih mencinta satu sama lain rasanya juga seperti ini. Ah, kenapa Nana harus mengalami apa yang dialami oleh orang tuanya. Jangan bilang ini karma karena kata-kata perpisahan di awal pernikahan.
Usai kembali dari pengadilan, Nana harus menatap dalam punggung wanita yang sangat dicintainya itu. Winta mengemasi barang-barangnya dibantu Jeano. Sebenarnya sudah sebulan Winta tinggal di rumah Pak Damar dan Bu Julia usai pulang dari rumah sakit waktu itu. Dan sekarang kembali ke rumahnya Nana hanya untuk mengemas dan membawa pergi barang-barangnya. Nana kaget saat merasakan sebelah pundaknya ditepuk dari belakang. Siapa lagi kalau bukan Jeano yang menepuknya.
"Gue capek dari tadi jadi kuli panggul. Mumpung Winta masih nata baju-bajunya ke koper, traktir gue es degan di ujung gang, dong."
Nana tahu ajakannya Jeano ini bukan hanya sekadar minum es degan bareng, tapi Jeano ingin bicara sesuatu dengannya. Pasti tentang perpisahannya dengan Winta. Lima menit kemudian mereka tiba di warung es degan ujung gang yang jaraknya dekat dengan rumah Nana.Bahkan mereka ke sananya jalan kaki, tidak pakai kendaraan. Dua gelas es degan jeruk nipis menemani obrolan mereka di siang yang terik ini.
"Gue juga nggak tahu kenapa Winta ngotot banget pengen pisah dari lo, Na. Gue udah berusaha ngebujuk dia buat batalin surat gugatan itu di pengadilan, tapi dia emang dasarnya keras kepala," ungkap Jeano terang-terangan masih menyayangkan perpisahan Nana dengan Winta.
![](https://img.wattpad.com/cover/284880286-288-k885918.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Young Couple
Любовные романыWarning : 18+ KALAU BACA CERITA INI, WAJIB FOLLOW! ☺️ Bagi Wintaria Maryam Putri menikah di usia muda tidak pernah terbayangkan sebelumnya, apalagi dia masih kuliah. Namun, sebuah kejadian membuatnya harus menikah dengan Nathan Nareshwara. Satu hal...