Jangan lupa bantu cek typo. Jangan lupa juga vote dan comment.
Happy reading 😊
❤️❤️❤️
Ruang tengah keluarga Pak Damar rasanya seperti ruang sidang peradilan yang selama ini menjadi salah satu tempat Winta menimba ilmu. Tepat di depannya, Winta ditatap tajam oleh dua majelis hakim yang tidak lain adalah Pak Damar dan Bu Julia. Keduanya siap memberikan putusan atas sidang dadakan pagi ini. Tentu saja jantung Winta terpompa lebih cepat. Posisi Winta sekarang seperti terdakwa tindak pidana yang melanggar UU No. 4 Tahun 2008 tentang pornografi.
Sama seperti Winta, Nana juga tampak tegang berada di hadapan Pak Damar dan Bu Julia. Lebam dan perih di sudut bibirnya tidak ada apa-apanya dibanding sensasi menegangkan disidang Pak Damar dan Bu Julia. Nana sendiri tidak ingat apa yang telah dilakukannya pada Winta semalam tadi. Seingatnya dia masuk rumah ini dipapah Jeano, tidur di karpet bulu, lalu dia merasakan punggungnya nyeri akibat alas tidur yang keras dan mencari kamarnya Jeano. Ternyata yang dimasuki Nana bukan kamarnya Jeano, tapi kamarnya Winta. Tentang baju atasannya yang lepas dan noda darah di sprei itu … sungguh Nana tidak tahu apa yang terjadi semalam setelah dia pindah tidur di kasur Winta. Namun, Nana yakin dia tidak melakukan sesuatu yang buruk pada Winta.
“Nama kamu siapa, Nak?” tanya Pak Damar sebisa mungkin menahan emosi untuk tidak menonjok Nana seperti yang dilakukan oleh Jeano.
“Nathan, Om. Nathan Nareshwara, tapi bisa dipanggil Nana aja, Om.” Nana mengucapkannya sesopan mungkin.
“Tinggal di mana?”
“Di Soehat, Om.”
“Pak Damar mengangguk mengerti. Orang Malang atau perantau.”
“Saya arema asli, Om. Tinggal sama ibu saya.”
“Pekerjaan?”
"Papa, please! Jangan memperpanjang masalah ini," mohon Winta.
Sebenarnya Winta merasa malu harus membahas hal krusial yang belum tentu dilakukannya oleh Nana. Soal bercak merah itu … itu bukan noda akibat perbuatan maksiat.
"Diam kamu, Winta! Atau mau Papa pukul juga pake kemoceng?"
"Iya, Pa. Maaf."
Pak Damar kembali melemparkan tatapan penuh intimidasi pada Nana. Demi Tuhan dan seluruh alam semesta, Nana semakin gugup.
"Pekerjaan kamu apa, Nathan?"
“Saya masih mahasiswa, Om. Sekampus dengan Jeano.”
“Jurusan? Teknik elektro juga?”
"Bukan, Om. Saya mahasiswa kedokteran. Minggu depan sudah mulai koas.”
“Oh, oke. Kamu mabuk semalam? Kok saya bau alkohol, ya?”
“Iya, Om. Saya kemarin malam clubbing sama Jeano dan teman-teman lainnya. Kemarin malam seingat saya, saya pindah ke kamarnya Jeano karena tidur di karpet bikin punggung saya sakit. Tapi, saya malah salah masuk kamar.”
"Kamu mahasiswa kedokteran kok mabuk-mabukan? Tahu kan bahayanya minum alkohol buat kesehatan?" sembur Pak Damar.
"Iya, Om. Saya tahu."
Nana merasa semakin malu. Di acara sosialisasi kesehatan anak-anak BEM FK dia sering membagikan informasi tentang bahaya alkohol kepada khalayak. Namun, sekarang dia sendiri yang malah meminum minuman bejat kesukaan iblis itu.
“Siapa yang ngajak kamu clubbing?”
“Jeano, Om." Nana menjawabnya jujur karena memang Jeano yang pertama kali mencetuskan ide gila ke club malam.

KAMU SEDANG MEMBACA
Young Couple
RomantikaWarning : 18+ KALAU BACA CERITA INI, WAJIB FOLLOW! ☺️ Bagi Wintaria Maryam Putri menikah di usia muda tidak pernah terbayangkan sebelumnya, apalagi dia masih kuliah. Namun, sebuah kejadian membuatnya harus menikah dengan Nathan Nareshwara. Satu hal...