53. Calon?

1.2K 174 71
                                    

Halooo! Happy satnight, bestie!

Berhubung kemarin kebanjiran komen, aku memutuskan untuk update lebih cepet sesuai janji. Itung-itung buat nemenin malming kalian. Hehehe

Makasih banget ya udah vote dan komen banyak.

Yuk, vote dan komen yang banyak lagi. Yuk bisa yuk!

Aku jadi mood update gegara komen yang chapter kemarin banjir.

Ada yang mau kapal mereka berlayar lagi? Btw, aku nemu gambar-gambar kek gini dari pinterets ya, bestie.

Ada yang mau kapal mereka berlayar lagi? Btw, aku nemu gambar-gambar kek gini dari pinterets ya, bestie

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.











Kalau biasanya Wening berperan sebagai jaksa di persidangan, kali ini dia berperan sebagai jaksa sekaligus hakim di apartemennya sendiri. Winta menjadi terdakwa dadakan atas apa yang barusan terjadi sini. Bodohnya dia membiarkan Nana pamit begitu saja usai terciduk. Harusnya dia menahan Nana juga di sini. Tidak adil jika Winta sendiri yang disidang oleh Wening.

"Win, lo yakin cuman ciuman?" tanya Wening dengan nada tegas.

"Iya, Ning. Gue nggak bakal aneh-aneh lah."

Wening menggeleng pelan. "Gue masih sulit percaya kalau yang tadi itu ... Kak Nathan, Win."

"Jangankan lo. Gue aja sulit percaya. Mana tinggalnya di sebelah lagi."

Wening auto plonga-plongo kayak kebo. "Terus kalian ngapain ciuman?"

Kali ini Winta yang bingung sendiri. Saking bingungnya mau menjawab apa, Winta mengalihkan pandangannya dari muka Wening.

"Win?" tegur Wening. "Jawab! Gue pengen memastikan kalian nggak crossed the line aja."

"Khilaf, Ning. Kita beneran cuman ciuman aja."

Wening mengelus dadanya heran. "Khilaf?"

"Iya."

"Lain kali ati-ati, tuh. Khilaf biasanya makin menjadi-jadi, Win." Wening memperingatkan persis seperti emak-emak yang mengomeli anak remaja yang baru mengenal cinta.

"Sorry, Ning."

"Ngapain minta maaf? Lagian itu urusan lo, sih. Gue cuman heran aja. Lo waktu itu bilang masih trauma sama nikah. Eh, tadi malah ciuman ajeb-ajeb gitu sama Kak Nana. Maksudnya apa, Win? Jangan bilang lo menjilat ludah sendiri."

Demi Tuhan, Wening Masih nggak habis pikir.

"Dibilangin yang tadi khilaf, Ning. Besok nggak bakal kayak gitu lah gue."

Wening tersenyum tipis. "Hari ini bisa terkendali karena kedatangan gue. Lha, besok-besok kalau nggak ada siapa-siapa, kalian bisa makin gila. Bisa berujung ena-ena."

Young CoupleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang