4. Obrolan Bersama Ayah

2K 284 15
                                    

Jangan lupa vote dan comment. Jangan lupa bantu cek typo ya.

Happy Reading

***

Nana membuang napas kasar sekaligus lelah usai diinterogasi seluruh penghuni Bujank Tampan. Nana mengatakan sesuai apa yang dia alami tanpa melebih-lebihkan atau mengurangi. Dia jujur kalau saat itu salah masuk kamar, tapi tidak mengakui bahwa dia telah melakukan sesuatu pada Winta karena memang Nana merasa dia hanya tidur di sebelah Winta, tidak lebih dari itu. Namun, yang namanya penghuni Bujank Tampan mana percaya begitu saja dengan penjelasan Nana. Terlebih Bapak kost mereka, Paduka Raja Heksa Chandra Kusuma seorang ahli perghibahan dan perjulidan se-kecamatan Lowokwaru.

"Gue telepon Jeano deh biar tahu kejelasannya gimana," kata Syailendra. Itu bocah teknik sipil belum puas dengan penjelasan Nana. Diteleponnya Jeano, tapi tidak diangkat. "Asu, nggak diangkat sama Jeano."

"Kurang percaya banget sih kalian sama gue," keluh Nana. Lagi-lagi dia membuang napas kasar.

"Gimana mau percaya orang lo kemarin mabok," sahut Heksa.

Ale mendekati Nana yang kini rebahan di sofa. Dipijitnya kaki Nana. Lalu dia nyengir kuda sebelum melanjutkan aksi dempet-mendempetnya itu dengan sebuah pertanyaan. "Gue pijitin, Bang, Lo pasti capek. Kelar berapa ronde tadi malem, Bang?"

"Cangkeman lo, Le. Lama-lama lo kayak Heksa jadi tukang ghibah."

"Emang dia calon penerus gue," balas Heksa ngawur.

"Kampret!" pisuh Nana.

"Na, mending lo sekarang mandi keramas sana! Jangan lupa doa dulu biar kembali suci," kata Heksa semakin memancing.

"Tapi udah nggak perjaka," tambah Syailendra.

"Bang Syeilendra perlu les privat nih ke Bang Nana kayaknya," sahut Javier.

"Bangsat lo semua, ya. Gue nggak sebejat itu. Gue ini cowok baik-baik. Gue selalu melindungi cewek," kata Nana jujur. Selama ini Nana memang pantang merusak cewek. Baginya cewek itu untuk dilindungi, bukan disakiti seperti pesan Bunda ketika Nana sudah menginjak usia remaja dulu.

"Na, udah lo mandi aja dulu. Badan lo bau alkohol. Lo kalau nyampe rumah masih kayak gini pasti Bunda lo makin ngamuk. Udah sana! Lo pake alat mandi gue. Udah tahu, kan? Yang di wadah biru tua itu." Renza juga menyarankan Nana untuk mandi.

"Oke. Gue mandi sekarang. Puas kalian?"

Nana langsung beranjak dari sofa, lalu mengambil gayung biru tua berisi alat mandi milik Renza.

"Jangan lupa niatnya Nawaitu Ghusla kalau lo lupa, Na!" celetuk Heksa yang membuat Javier ngakak. Sedangkan Renza yang penganut katolik hanya nyengir kuda karena tidak tahu itu niat apa. Ale juga demikian. Syailendra yang seorang muslim dari lahir pun tampak kebingungan juga.

"Itu niat apa, Sa?" tanyanya pada Heksa yang langsung dihadiahi jitakan keras di kepalanya. Javier semakin ngakak sampai perutnya terasa kaku.

"Niat mandi wajib, Bapak Kuli yang terhormat. Lo masa nggak tahu?"

"Lupa gue."

"Dasar lo pengikut Eyang Subur!" cibir Heksa kemudian.

***

Nana akhirnya sampai di rumah Bunda dengan keadaan wangi dan rambut setengah basah. Dari dalam rumah Bunda membukakan pintu untuknya begitu mendengar suara motor Nana datang. Muka Nana saat menghadap Bunda masih dengan penyesalan mendalam. Wanita yang telah melahirkannya itu bahkan masih bisa menyunggingkan senyum ketika membukakan pintu untuk Nana. Rasanya Nana ingin sungkem untuk meminta maaf di hadapan Bunda meski dia sendiri belum yakin dengan tuduhan-tuduhan dari keluarga Pak Damar maupun teman-temannya.

Young CoupleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang