61. Zona Bucin

2.7K 192 23
                                    

Morning!!!

Kaget nggak pagi-pagi dapet notif?

Semoga kalian masih banyak yang nungguin cerita ini, ya. Maaf banget kalau ceritanya panjang kayak sinetron. Tapi semoga kalian tetep suka.

Jangan pencet vote!
Jangan lupa komen yang banyak!

Jangan lupa follow akun wattpadku juga.

Happy reading 💗


💟💟💟







"Beneran bunda nggak perlu ke sana?" tanya Bunda dari video call. Beliau sudah tahu kalau Nana kena demam berdarah dan sudah lima hari dirawat di rumah sakit.

"Nggak perlu, Bun. Lagian ini udah mendingan banget. Paling lusa udah dibolehin pulang. Serius."

"Terus yang jagain kamu siapa di sana? Jangan ngerepotin Renza, lho. Dia kan juga sibuk orangnya."

"Tenang, Bun. Aku dijagain sama calon mantunya Bunda," jawab Nana santai.

"Hah, kamu bilang apa tadi? Calon mantu? Bunda nggak salah dengar, kan?"

"Enggak, kok, Bun. Nih, calon mantunya Bunda udah dateng. Dia pulang ngantor langsung jagain aku lho, Bun."

Nana mengarahkan kamera HP ke sosok Winta yang baru saja masuk kamar rawatnya. Bunda langsung kaget melihat calon mantu yang dimaksud Nana adalah Winta. Sementara itu, Winta sendiri juga bingung. Baru datang tiba-tiba sudah disodorin HP. Mana ada wajah Bunda di layarnya.

"Winta?"

"Iya, Bun. Calon mantunya Bunda tuh Winta." Nana terkekeh, lalu menyerahkan HP-nya pada Winta. "Coba kamu ngomong sama Bunda. Udah lama nggak ketemu, kan?"

Winta sebenarnya canggung karena sudah lama tidak ngobrol dengan Bunda. Namun, Nana sudah terlanjur memperkenalkannya sebagai calon mantunya Bunda.

"Halo, Bunda," sapa Winta sedikit kikuk.

"Ya ampun, Winta. Ini beneran kamu, Nak?" Bunda mendadak jadi heboh sendiri.

"Iya, Bun. Ini Winta. Bunda apa kabar?"

"Alhamdulillah baik, Sayang. Kamu cantik banget. Bunda kangen lho sama kamu."

"Iya, Bun. Winta juga kangen sama Bunda."

"Kamu beneran mau rujuk sama Nana, Win?" tanya Bunda begitu antusias. Diam jadi malu-malu kucing sendiri.

"Jawab pertanyaan Bunda, Win!" titah Nana.

"I-iya, Bun." Winta menjawabnya terbata karena deg-degan. Lantas menarik napas dalam-dalam dan mengembuskannya pelan. Entah mengapa Winta jadi gugup sendiri membahas hubungannya dengan Nana di depan Bunda. "Kami Insya Allah mau berkomitmen lagi, Bun. Kami mau memulai dari awal."

"Alhamdulillah. Bunda seneng banget, Sayang. Dulu pasca pisah sama kamu, Nana bilang nggak mau nikah lagi. Bunda udah ketar-ketir, Win. Untung sekarang ada kamu. Emang kalau udah jodoh, meski pernah terpisah, bakal menyatu lagi."

"Iya, Bun. Doakan yang terbaik buat kami, ya, Bun."

"Iya, Winta. Kapan kalian ke Malang? Nana kapan ke rumahnya Pak Damar buat melamar Winta?"

"Secepatnya, Bunda. Kalau Nana udah pulih beneran bakal ke Malang sama Winta.Temenin Nana meminang Winta di depan orang tuanya lagi, ya, Bun!" mohon Nana.

"Tentu. Bunda udah nggak sabar kalian nikah lagi. Na, Nana?"

"Iya, Bun. Kenapa?"

"Kamu udah ngapa-ngapain Winta belum?" tanya Bunda ambigu.

Young CoupleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang