Ada yang kangen aku? Atau kangennya ke Winta dan Nana?
Sesuai janji aku update hari jumat. Padahal rencananya mau up hari rabo di wattpad. Maaf ya lama nunggu update semingguan karena aku udah masuk full-day, banyak tugas dan rempong ngurusin lomba. Yang lomba sih bukan aku, tapi aku jadi coach-nya gitu. Akhirnya ikutan rempong.
Tapi sebenernya aku udah up chapter ini duluan di Karyakarsa. Soalnya draft naskah waktu itu udah selesai aku ketik. Hahaha
Bagi yang udah baca duluan di Karyakarsa? Gimana perasaan kalian?
Bagi yang belum baca di Karyakarsa, harap siapkan hati untuk chapter ini. Sebenernya ini adalah bagian puncak konflik dari cerita ini.
Jangan lupa tinggalkan vote dan comment. Follow juga akun wattpad dan Karyakarsa aku, ya.
Happy reading
💟💟💟
Sebentar lagi Winta akan menjalani laparotomi. Winta sedikit gemetar ketika akan menjalani prosedur itu meski saat ini dia ditemani Pak Damar, Bu Julia dan Bunda Wenny, sedangkan Nana? Pria itu belum menampakkan batang hidungnya. Entah ke mana, tak ada satu pun yang menjelaskan detail keberadaan pria itu pada Winta. Mereka hanya bilang kalau Nana masih sibuk dan belum sempat menemui Winta.
"Jangan takut," ujar Bunda Wenny yang kini mengelus kepala Winta pelan sebelum dibawa perawat untuk menuju ruang operasi. Ibu mertuanya itu senantiasa menemaninya bersama kedua orang tuanya.
"Bunda ...," Winta mengelus perutnya sambil meringis kesakitan. Rasa nyeri itu masih sangat terasa.
Bunda mengelus kepala Winta lagi. "Nggak apa-apa. Kamu kuat, Winta."
Winta semakin gemetar dan takut. Entah mengapa di saat merasa takut seperti ini. Tangannya mengelus pelan perutnya lagi. Sebentar lagi perpisahan dengan janinnya akan terjadi. Winta hanya bisa mengucapkan selamat tinggal pada buah hatinya itu. Winta hanya bisa memberikan untaian doa untuk janin yang terpaksa harus pergi lebih dulu meninggalkannya sebelum terlahir di dunia ini.
Kalau boleh jujur, Winta sangat ingin Nana ada bersamanya. Dia ingin melihat Nana, ingin sosok suaminya itu ada di sampingnya sekarang, tapi mungkin itu hanyalah harapan yang tiada terwujud. Karena faktanya ada kebencian terpendam untuk pria itu. Winta masih belum bisa melupakan foto Nana dan Shaila. Lalu keberadaan Nana yang sampai sekarang masih simpang-siur, membuatnya semakin kecewa pada Nana.
Winta menatap sekeliling sebelum dokter memberikan anestesi. Tak terasa air matanya menetes keluar. Dokter beserta perawatnya sudah bersiap untuk melakukan prosedur laparotomi. Kesadaran Winta semakin hilang ketika bius mulai bereaksi. Sebelum benar-benar kehilangan kesadarannya, mata Winta menangkap sosok pria yang tiba-tiba muncul menggunakan baju scrub lengkap dengan masker dan handscoon. Lalu pria itu mengusap air matanya dan menggenggam tangannya erat.
"Mas... Na-than ...ja-hat," lirih Winta sebelum matanya benar-benar terpejam.
***
Semenjak sadar, yang Winta ingat adalah Nana. Terakhir kali, kalau tidak salah, dia melihat Nana menggenggam tangannya erat. Di alam bawah sadarnya Winta merasakan buncahan kekuatan agar dia bisa bangun kembali. Nanalah yang memberi kekuatan itu. Namun, jauh di dalam hati Winta, dia masih sangat kecewa pada Nana. Winta tidak menyalahkan Nana atas insiden kehamilan yang cacat ini, tapi kenapa Nana harus bersama wanita lain di saat dia kesakitan? Kenapa Nana harus berciuman dengan wanita itu. Dan kenapa Nana ada di saat wanita itu keguguran? Ada sesuatu yang sangat mengganjal di hati Winta, apakah ayah dari bayi yang sempat dikandung Shaila itu adalah Nana?
KAMU SEDANG MEMBACA
Young Couple
RomanceWarning : 18+ KALAU BACA CERITA INI, WAJIB FOLLOW! ☺️ Bagi Wintaria Maryam Putri menikah di usia muda tidak pernah terbayangkan sebelumnya, apalagi dia masih kuliah. Namun, sebuah kejadian membuatnya harus menikah dengan Nathan Nareshwara. Satu hal...