Warning : 18+
KALAU BACA CERITA INI, WAJIB FOLLOW! ☺️
Bagi Wintaria Maryam Putri menikah di usia muda tidak pernah terbayangkan sebelumnya, apalagi dia masih kuliah. Namun, sebuah kejadian membuatnya harus menikah dengan Nathan Nareshwara. Satu hal...
Gimana perasaan kalian nungguin aku yang lama update? Kayaknya udah seminggu lebih aku nggak update. Hehe
Harap maklum, ya. Kemarin-kemarin aku masih rempong. Terus ke Surabaya buat meet up sama Nana-Winta. Bercanda, guys. Aku ke Surabaya dalam rangka thawaf di TP sama temen-temen kuliah yang sekarang kerja di sana. Jadinya lupa mau update. Hehe
Jangan lupa vote dan comment ya. Aku suka vote dan comment. Apalagi yang nggak baca di Karyakarsa boleh banget buat komen. Karena vote dan comment yang bikin aku semangat ngetik cerita ini.
AYOOO VOTE DAN COMMENT!
SILAKAN MERUSUH DI LAPAK INI!
Lagi galau mikirin Nana si gemoy satu ini.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Dunia ini penuh plot twist seperti di drakor. Rasanya itu memang benar. Dulu sekali Winta berencana menikah di usia yang sudah matang dan setelah punya karir bagus, tapi nyatanya dia menikah di usia 20 tahun saat masih menjadi mahasiswa semester 4. Suaminya dulu adalah cinta pertamanya. Winta kira kehidupan rumah tangganya dulu akan harmonis setelah dia dan Nana bisa menerima satu sama lain. Ternyata, sekalinya badai besar datang, telah menghancurkan pondasi cinta yang mereka bangun. Semuanya roboh dalam waktu singkat. Dan sekarang Winta ingin membangun lagi puing-puing yang telah roboh itu.
Semuanya telah jelas. Perpisahan yang pernah terjadi bukan kesalahan Nana. Winta menyesali keegoisannya di masa lalu. Harusnya dulu dia lebih bisa mempercayai Nana daripada orang lain. Bukan malah berprasangka buruk Nana telah selingkuh dan menghamili Shaila. Seharusnya dulu dia bisa bersikap dan berpikir secara dewasa.
"Bodoh!" rutuk Winta pada dirinya sendiri.
Sedari tadi Winta lebih banyak bengong. Bahkan berkas-berkas perkara yang seharusnya dipelajarinya hanya tergeletak begitu saja di meja kerja.
"Mbak?" panggil Rafka, tapi Winta masih larut dalam lamunannya. "Mbak Winta?"
"Eh, iya. Kenapa?" balas Winta setelah menunjukkan ekspresi kaget.
"Ada yang nyariin."
"Siapa? Klien?"
"Kayaknya bukan, deh. Kalau klien kan biasanya janjian dulu kalau mau ketemu Mbak."
"Yang nyariin gue cewek atau cowok, Raf?"
"Cewek, Mbak. Buruan temuin aja, Mbak."
Winta akhirnya keluar menuju ruang tamu kantornya. Jantungnya serasa berhenti berdetak beberapa saat lantaran kaget melihat siapa yang kini sedang menunggunya. Wanita itu yang dulu pernah dibencinya di masa lalu. Wanita itu yang membuat kepercayaannya pada Nana hilang dalam waktu singkat.