Bagian 3

664 28 0
                                    

Mata dengan ujung luar yang lancip itu perlahan terbuka. Beberapa kali sempat menutup dan terbuka lagi. Hingga akhirnya pemilik mata nan indah itu benar-benar terbangun dari tidurnya. Cahaya matahari mampu menembus tirai putih yang masih tertutup hingga sedikit-sedikit menyinari kulit bersih tanpa jerawat itu. Selain mimpi anehnya barusan, cahaya itu turut andil membuatnya terkejut dan segera bangkit dari tidurnya.

Hal lain yang membuatnya terkejut adalah ia bangun di sebuah ranjang empuk berbalut selimut tebal berwarna putih. Jelas ini bukan kamar tidurnya. Ia menengok ke kanan. Bukan pintu kamar yang selama ini ia lihat jika ia melakukan itu setelah bangkit dari tidur. Ketika menengok ke kiri, ia lebih terkejut lagi. Ada sesosok lelaki sedang tertidur pulas di pandangannya. Selimut hanya menutupi tubuh lelaki itu hingga setengah dadanya. Jelas terlihat lelaki itu bertelanjang dada.

Setelah menerima pandangan seperti itu, ia langsung memindahkan pandangan ke tubuhnya sendiri di balik selimut yang sama.

Benar saja. Tidak ada sehelai benang pun melekat pada tubuhnya.

Ia menggaruk-garuk pelipisnya yang tidak gatal. Usahanya mencoba mengingat apa yang telah terjadi rupanya baru berhasil setelah jarum panjang jam bergerak.

Pria di sebelahnya adalah pria yang ia temui di bar tadi malam. Sial. Ia ingat telah tidur bersamanya semalam.

Pikirannya menjadi carut marut karena ia melakukan hubungan badan setelah sekian lama. Sudah tiga tahun berlalu sejak terakhir kali ia melakukan itu dengan mantan kekasihnya. Kini ia melakukannya dengan seorang pria yang baru ia temui di bar.

Astaga. Gumamnya sambil menepuk jidatnya dua kali dengan tangan kanannya

Ia kembali menoleh ke kanan dan ke kiri mencari-cari pakaiannya. Ternyata tergeletak tidak jauh dari kasur itu. Ia mulai memungutinya mulai dari celana dalam, bra, dan kaus dalamnya. Ia memakai semua itu satu persatu sambil memaki dirinya dalam hati. Bagaimana bisa dirinya seceroboh itu.

Padahal ia pergi minum-minum ke bar untuk melepas stresnya setelah seharian berkeliling ibukota mencari lowongan pekerjaan. Kenapa bisa berakhir dengan kebodohan begini? Lowongan pekerjaan tidak dapat, malah satu lagi hal buruk yang ia kerjakan.

Selesai memakai kaus dalam tipis berbahan licin yang berwarna putih polos itu, ia masih harus mencari celana panjangnya dan kaus luarannya. Buah dadanya yang bulat seakan ingin menunjukkan dirinya dari balik pakain yang hanya menutupi bagian itu setengahnya saja.

"Ah, itu dia," ujarnya sedikit lirih.

Entah pada siapa dia berbicara. Tapi nadanya sedikit tergesa-gesa. Ada rasa ingin cepat keluar dari ruangan yang telah menjadi saksi bisu kelakuan buruknya melepaskan nafsu dan gairahnya itu.

Setelah menemukan celana jins tak bermerek yang warnanya mulai luntur itu, ia segera memakainya. Celana itu sangatlah ketat. Membuatnya kesulitan sendiri memasukkan kedua kakinya.

Kaus polo juga tertumpuk di bawah celana itu tadi. Ia langsung mengambilnya dan menutupi tubuh bagian atasnya dengan kaus polo itu berwarna biru tua dengan saku di dada kirinya itu. Karena kaus itu kekecilan, dadanya jadi terlihat lebih menonjol

Satu lagi benda miliknya yang ia temukan tak jauh dari tempat menemukan celana. Tas kecilnya yang berwarna cokelat muda dengan lambang Gucci yang palsu.

Tidak seperti gadis muda seumurannya, isi tasnya itu sedikit. Hanya ada dompet bermotif aneh, ponsel, dan sebatang lipstik. Lipstik itupun merupakan lipstik tanpa merek yang ia beli karena diskon di salah satu toko daring.

Ia menyelempangkan tas itu begitu saja di pundak kanannya.

Gadis itu beranjak ke kamar mandi. Mencuci mukanya sejenak, lalu menatap wajah kacaunya dari pantulan cermin. Wajah yang beberapa jam lalu menatap lelaki di ranjang tadi dengan penuh gairah.

KitaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang