Bagian 47

229 8 0
                                    

Peringatan!

Bagi pembaca di bawah umur, harap tidak melanjutkan membaca bagian ini!


Merendam tubuh dalam air hangat membawa dampak yang cukup baik bagi Rini. Ia merasa semua bebannya terlepas satu per satu malam ini. Perasaannya juga lebih baik dari sebelumnya.

Jika mengingat lagi malam ini, begitu acara barbeku selesai, perasaannya benar-benar diaduk-aduk. Orang tua Adam yang tiba-tiba datang merusak suasana malam itu dengan menawarkan perjanjian bodoh. Lalu, secara tidak sengaja, Bu Hilda mengungkapkan apa yang selama ini terus tersembunyi di dalam hatinya. Meski senang mendengarnya, tapi karena tidak pada waktu yang tepat, tetap saja hatinya terluka. Tentu saja dia bingung harus bersikap bagaimana di depan ibu kandungnya setelah selama ini mengira wanita itu hanya sekedar pengurus panti asuhan. Meski ia selalu menghormatinya dan mendapat kasih sayang darinya, tapi ia tidak pernah benar-benar menganggap itu hormat dan kasih sayang antara ibu dan anak.

Perutnya yang bulat menyembul dari permukaan air yang dipenuhi sabun. Ia mengelus perutnya dengan penuh perasaan, membayangkan dirinya dulu berada di dalam perut ibunya seperti anak-anaknya kini berada di dalam perutnya. Selama ini, ia tidak pernah membalas apa saja yang ibunya berikan kepadanya karena ia tidak tahu akan hal itu. Di lain pihak, ibunya yang tahu kalau ia adalah anak kandungnya selalu memberikannya kasih sayang lebih. Kalau diingat-ingat, memang kasih sayang Bu Hilda padanya melebihi kasih sayangnya pada anak lain.

Rini membilas seluruh tubuhnya di pancuran air di atas kepalanya. Semua sabun dan sisa kotoran yang menempel di tubuhnya ia bersihkan dengan baik.

Tadinya ia sudah menyiapkan sebuah lingerie berwarna merah dengan motif renda. Lebih jauh, ia sudah mencari tahu soal hubungan seks saat mengandung. Tujuannya memang itu. Selama dua minggu ini ia tidur dengan Adam, ia terus merasakan keintiman dengan Adam. Helaan napas Adam yang selalu terasa di sekitarnya, semakin hari semakin membuatnya semakin dekat dengan Adam. Belakangan, ia jadi lebih sering memikirkan tubuh Adam dengan segala kelembutannya. Bagaimana cara Adam membelainya, mencium keningnya sebelum pergi kerja, atau memegang tangannya selama menonton film. Ia berusaha memanggil ingatannya pada malam dua puluh minggu yang lalu, tapi selalu gagal.

Karena suasana yang memburuk malam ini, Rini membatalkan semua rencananya. Ia memakai piyama biasa berbahan sutra yang baru Adam belikan bersama puluhan piyama lain. Ia menyembunyikan lingerie itu ke dalam tasnya. Tadi, sebelum Adam masuk kamar pun ia sempat memindahkan kondom yang sengaja ia letakkan di dekat kasur.

Ia melihat Adam sedang berkutik dengan laptop di hadapannya yang ia letakkan di kasur. Sejenak Adam melihat ke arahnya. Setelah berkata, "Sudah selesai mandinya?" pria itu lanjut menatap laptopnya. Rini hanya mengangguk sebagai jawaban. Langkahnya mantap untuk terus ke kasur.

Begitu merebahkan tubuhnya di kasur, Adam menutup laptopnya dan menyimpannya di tasnya. Ia lalu pergi ke kamar mandi.

Terdengar suara guyuran beberapa kali. Namun, hanya butuh waktu sekitar lima belas menit sebelum pria itu muncul kembali. Ia tidak memakai baju dan bagian bawahnya hanya berbalut handuk putih. Rini sudah sering melihat itu setiap malam, jadi ia tidak merasa itu hal yang mendebarkan atau sebagainya.

Bedanya, kali ini Adam naik ke kasur tanpa berpakaian terlebih dahulu. Ia langsung memeluk Rini ke dalam dekapannya. Aroma sabun yang sama dengan yang ia pakai menyerebak dari tubuh gagah pria itu dan masuk ke hidungnya. Rini memejamkan matanya saat dengan sengaja membaui tubuh Adam. Begitu membuka matanya kembali, Rini menyadari wajah Adam sudah berjarak sangat dekat dengannya. Bahkan tidak ada satu jengkal tangan yang memisahkan.

KitaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang