Peringatan!
Bagi pembaca di bawah umur, harap tidak melanjutkan membaca bagian ini!
Setiap kali mandi di bawah guyuran pancuran air, Adam selalu terpikir tubuh Rini. Selama hari-hari ia harus berada di Inggris untuk urusan pekerjaan, ia harus terus bermasturbasi membayangkan Rini. Mengapa malam itu ia tak jadi melakukannya? Setelah hubungannya merenggang, ia cukup menyesalinya. Ia merasa, malam ini adalah waktunya. Rini sudah terlihat lebih tenang berada di dekatnya. Selain itu, tembok kecanggungan yang memisahkannya dengan Rini sejak pulang dari Inggris sudah tidak terlihat lagi.
Malam ketika ia pergi meninggalkan Rini setelah kemarahan besarnya, Adam tidak bisa tidur hampir semalaman. Ia bercerita banyak hal pada Amanda. Saat itu, Amanda menasihatinya untuk meminta maaf pada Rini sesegera mungkin. Ia berniat langsung pulang pagi itu juga dan meminta maaf pada Rini. Sayangnya, keadaan darurat yang melibatkan salah satu investor di Inggris membuatnya harus segera ke sana. Ia tentu saja tidak bisa memilih Rini dalam situasi seperti ini karena bisa menghancurkan perusahaan keluarganya. Jadi, ia harus tetap ke Inggris.
Di kamar, ia melihat Rini dengan piayama sutranya duduk dengan kaki berselonjor di kasur, punggungnya menyandar pada sandaran kasur. Ia terlihat sedang memainkan tangannya di atas perutnya sambil tersenyum. Begitu sadar Adam sudah berada di sana, ia langsung memanggil Adam.
"Lihat, bergerak," katanya dengan riang. Ia menunjuk bagian perutnya yang bergerak-gerak.
Meski awalnya ragu, Adam mengikuti tuntunan tangan Rini untuk memegang perut buncitnya itu. Terasa gerakan-gerakan kecil dari dalam perut. Adam terperanjat merasakan gerakan itu.
"Sudah berapa hari belakangan ini, mereka semakin sering bergerak," katanya.
Adam tak bisa berkata-kata di tengah keterkejutannya. Ia terus mengelus perut Rini merasakan setiap gerakan-gerakan kecil dari dalam perutnya.
Padahal, di dalam dirinya Adam sedang menahan nafsunya yang bergejolak.
Rasanya, tak mampu lagi ia menahan lebih lama lagi. Untuk itu, ia beranjak ke sisi lain kasur dan mendekap Rini ke dalam pelukannya. Tangannya menjulur ke belakang leher Rini. Mereka sudah berciuman mulut beberapa detik setelahnya. Senyuman merekah di mulut Rini setelah ciuman itu terlepas.
"Aku minta maaf, ya, yang waktu itu." Adam menatap Rini dengan penuh rasa bersalah.
"Sepertinya aku sudah mulai lupa dengan kesalahanmu."
Mendengarnya, Adam tersenyum tipis. Ia lalu mencium kening Rini dan menahan bibirnya di sana cukup lama. Suara kecupan terdengar begitu Adam memutuskan menyudahinya. Rini dengan cepat merangsekkan kepalanya ke dada Adam. Ia mengelus-elus punggung pria itu hingga Adam merasa kehangatan. Adam pun membalasnya sambil mengecup ujung rambut Rini dalam diam.
Entah siapa yang melakukannya terlebih dahulu, hanya berselang hitungan detik setelah dekapan terlepas, mereka sudah berciuman. Hangat sekali. Adam merasa bibir Rini lebih lembut malam ini. Ia tiak tahu apa alasannya. Aroma pasta gigi menghanyutkan suasana keduanya untuk saling berlama-lama dalam keintiman ini.
Adam membaringkan tubuh Rini dalam posisi telentang sempurna. Ia sedikit meliukkan badannya untuk bisa bertatapan lurus dengan Rini. Mata Rini terbuka lebar saat itu. Berbeda dengan bibirnya yang tertutup rapat seakan ia akan menelannya.
"Sayang, aku cinta padamu," kata Adam dengan suara besarnya yang lembut. Ia melanjutkan, "Mulai sekarang, teruslah bersamaku."
Rini mengangguk sebelum ia memejamkan matanya. Begitu matanya itu sudah terpejam, ia sedikit memajukan kepalanya untuk bisa lebih dekat dengan Adam. Keduanya kembali berciuman dengan lembut. Terasa belaian lembut Adam yang menyisir rambut Rini ke belakangan dengan jari-jarinya. Suhu tubuh pria itu juga tampaknya sudah mulai naik. Adam yang pertama melepaskan ciuman. Ia kembali membelai rambut Rini, menyisirnya hingga ke belakang telinga.
Terasa betul napas Adam yang masih teratur di telinga Rini. Pria itu mulai menciumi bagian dekat telinga Rini, hingga Rini merasakan getaran. Tidak butuh waktu lama, Adam sudah menjilati telinga kiri Rini dengan cukup liar. Lidahnya masuk sebisanya ke lubang telinga. Ia lalu berlanjut ke bagian belakang telingat. Jilatannya terus turun dan berhenti di leher.
Adam tahu, banyak wanita yang memiliki titik terlemah di sekitaran leher. Namun, tidak dengan Rini. Ia memang lumayan terangsang jika Adam menciumi atau menjilati lehernya, tapi itu bukan bagian terlemah wanita itu. Karena itu, setelah puas bermain di leher, Adam kembali mencium bibir Rini dengan lembut.
Jari-jemari Adam sudah mulai melepaskan kancing piyama Rini. Terlihat bra berwarna putih dengan renda sedikit kekecilan. Payudaranya sedikit menyumbul karenanya. Tak ingin memandanginya terlalu lama, Adam segera menurunkan bra itu dan mulai menjilati.
Rini terlihat mendangak ke atas. Tubuhnya dari leher hingga ke wajah sudah kemerahan. Beberapa kali ia mendesah pelan. Saat Adam menghentikan permainannya, Rini langsung menurunkan pandangan, menatap Adam yang mengamati Rini dari bawah.
Adam bangkit dari atas tubuh Rini dan duduk di sebelahnya. Ia melepaskan atasan piyamanya dengan cepat, begitu juga dengan bra putih berenda. Ia membuangnya dengan asal ke bawah ranjang. Adam memulai kembali dengan beberapa kali ciuman di bibir. Lalu, ia turunkan perlahan hingga ke dada. Ia memainkan payudara Rini yang sebelahnya. Begitu Adam sampai di pusar Rini, ia terhenti karena Rini gemetar hebat. Napasnya seperti tersendat. Adam langsung mengetahui, ini salah satu bagian titik rangsang terlemah dalam tubuh Rini. Ia tidak ingat, sebelumnya pernah menjilati bagian ini atau belum. Yang jelas, pusarnya itu lebih rata daripada yang terakhir ia jelas. Jauh lebih rata dari pusar normal. Ia sempat mengelus perut Rini sebelum melanjutkan.
Bagi Adam, ini adalah satu malam yang sudah ia tunggu-tunggu. Sudah lima bulan lamanya ia menahan hasrat untuk melakukan hubungan seks dengan wanita mana pun. Rini sendiri mengaku merasakan klimaks. Hal itu terjadi hanya sekitar lima menit setelah Adam memasukkan penisnya ke dalam vagina Rini. Ia menarik seprai hingga terlepas di kedua sisi. Teriakannya mungkin membahana di satu ruangan ini. Adam yang mengerti, menghentikan penetrasinya. Ia memeluk Rini dan menciumnya. Keringat bercucuran membanjiri keduanya.
Karena Adam belum menyelesaikannya dan penisnya masih dalam keadaan tegak, ia meminta izin Rini untuk memasukkannya lagi. Beruntung, Rini menyetujuinya. Bisa pecah kepalanya, jika harus kembali masturbasi. Tidak jelas berapa lama mereka kembali melakukannya, tetapi Rini kembali mendapatkan klimaksnya hampir bersamaan dengan Adam.
Keduanya berpelukan dengan senyum yang merekah-rekah di wajahnya. Adam sempat mengatakan, "Aku sayang sekali padamu," pada Rini, sebelum Rini juga mengatakan hal yang hampir mirip.
Mereka hanya terus berpelukan dan saling menatap dengan senyum masih mereka ketika jam sudah menunjukkan tengah malam. Bunyi mesin air yang mengalirkan air ke tempat penampungan terdengar cukup lama di antara kesunyian itu. Rini yang pertama kali memecah kesunyian.
"Aku senang sekali," ucapnya dengan sedikit manja.
"Kenapa?"
"Aku malu bilangnya, tapi itu pertama kalinya untukku."
Mungkin yang Rini maksud adalah mencapai klimaks. Karena itu, Adam langsung tersenyum penuh kemenangan. Jelas, malam itu Rini tak merasakannya. Hubungan seks mereka malam itu jauh dari kata nikmat. Lalu, yang membuat Adam tersenyum penuh kemenangan adalah, fakta bahwa mantan kekasih Rini tak sanggup membuat Rini mencapai klimaksnya.
Malam itu, keduanya tidur sangat pulas. Hingga bangun cukup siang padahal harus pergi mendaftarkan pernikahan mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kita
General FictionCerita tentang aku dan dia yang menjadi kita. Berusaha membuang semua keraguan di antara kita. Rini, seorang mahasiswi yang baru menyelesaikan kuliahnya dan sedang membangun masa depannya. Tanpa sengaja bertemu seorang pria di bar dan terlelap di se...