Lolongan angin malam perbukitan yang dingin beberapa kali tumpang tindih dengan suara-suara binatang yang mengerik. Jauh di kaki bukit sana, terlihat seseorang menyalakan sebuah kembang api yang mencuat ke kegelapan langit malam. Bunyi letupannya terdengar samar-samar dari sini. Sekiranya satu kilomoter dari vila keluarga Adam ini terdapat pedesaan tempat tinggal warga. Meski aktivitas mereka tak begitu dapat terdengar hingga tempat ini, namun jika perayaan-perayaan tertentu tetap saja hingar bingarnya masih terasa.
Sekitar setengah jam yang lalu, kedua orang tua Adam meninggalkan mereka berempat di halaman belakang itu. Ayahnya hanya berkata bahwa lebih baik urusan ini dibicarakan lebih lanjut di ibu kota, mengingat kebingungan yang hinggap di antara Rini, Bela, dan Bu Hilda. Adam bisa menangkap bahwa itu kali pertamanya Rini mendengar hal itu dari Bu Hilda, mungkin begitu juga dengan Bela. Mereka tampak terguncang, sementara Bu Hilda hanya bisa diam dengan tatapan yang jauh tidak berada di tempat ini.
Adam berkata, "Apa sebaiknya kita ke dalam? Malam semakin dingin." Ia memecah keheningan setelah sekian lama.
Rini yang masih terguncang tatapannya kosong. Sedangkan Bela, terlihat penuh tanya di dalam kepalanya. Dalam kondisi seperti ini, mereka masuk ke dalam. Dinginnya malam ini membuat Rini benar-benar harus memeluk dirinya sendiri sambil berjalan. Ia terlihat menggigil.
"Kau baik-baik saja?" tanya Adam khawatir. Ia menyelimuti tubuh Rini dengan tubuhnya sendiri yang besar sambil terus menuntunnya berjalan masuk. Tangannya yang penuh kehangatan mengusap kedua lengan Rini.
Begitu sampai di ruang tengah, Adam menyalakan pemanas di ruangan itu. Tidak ada siapa-siapa di sana. Sepertinya anak-anak sudah berada di kamarnya masing-masing bersenda gurai. Bahkan mereka mungkin tidak mengetahui apa yang terjadi setengah jam yang lalu. Malam memang belum terlalu larut, tapi entah apa yang membuat mereka asyik berada di lantai atas.
Dengan penuh kekalutan di wajahnya, Rini mencoba tagar dan bertanya, "Bu, apa yang tadi itu benar?" Rini yang duduk berdampingan dengan Adam masih bergetar, sekalipun ruangan ini terasa lebih hangat. Mengetahuinya, Adam semakin mendekatkan tubuhnya dengan tubuh Rini, memberikan hangat tubuhnya. Siapa tahu, ia juga bisa memberinya ketenangan. Dengan lembut, ia membelai ujung kepala Rini. Air matanya mulai mengalir meski tatapannya tetap kosong.
"Maaf, Ibu baru memberi tahu sekarang. Tapi, Ibu juga tidak pernah berniat menutup-nutupi. Semua yang Ibu ceritakan tentangmu itu juga apa adanya. Soal wanita muda yang membawamu masuk ke panti asuhan. Itu Ibu sendiri, Rini. Dan kalau sekarang harus bercerita soal itu semua, Ibu bingung harus cerita dari mana."
Di sisi lain, Bela yang duduk berdampingan dengan Bu Hilda tampak mengusap-usap punggu wanita paruh baya itu. Ia mencoba memberikan kekuatan pada wanita itu.
Tidak lama, Bu Hilda menemukan kata-katanya untuk memulai cerita. "Dulu Ibu mulai bekerja di panti asuhan sejak usia 18 tahun. Panti asuhan itu dulunya dipimpin seorang pria bersahaja, namun belum juga menikah hingga usianya hampir empat puluh tahun. Sebagai atasan, dia sangat peduli dengan semua pekerja yang ada di panti asuhan, dan juga sangat menyayangi semua anak asuh yang tinggal di sana." Bu Hilda menyeka air matanya yang mulai menetes. Anehnya, suaranya tidak bergetar sama sekali.
Ia melanjutkan, "Namun, tidak banyak pegawai di panti asuhan yang bekerja di sana dengan loyal. Ibu salah satu pegawai yang bekerja lama di sana, di tengah maraknya pengunduran diri pegawai lain. Tapi, justru dari situ mulai timbul sesuatu hal terlarang yang tidak seharusnya dilakukan oleh anak buah dan atasannya. Pimpinan panti asuhan yang melihat kesetiaan Ibu bekerja di sana mulai memanjakan Ibu. Dengan berbagai alasan, ia sering mengajak Ibu tugas keluar, entah menemui Dinas Sosial atau pun penyokong dana. Dengan segala kebaikannya itu, Ibu luluh dan jatuh hati pada pria itu. Begitu bahagianya saat-saat itu." Bu Hilda tersenyum manis mengenang masa lalunya itu.
![](https://img.wattpad.com/cover/285342904-288-k780957.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Kita
General FictionCerita tentang aku dan dia yang menjadi kita. Berusaha membuang semua keraguan di antara kita. Rini, seorang mahasiswi yang baru menyelesaikan kuliahnya dan sedang membangun masa depannya. Tanpa sengaja bertemu seorang pria di bar dan terlelap di se...