Gunanya luka untuk menguji, menguji seberapa besar rasa sakit yang mampu seseorang tahan dengan senyuman.🌵
"Pagi bundanya anak-anak Al?" Sapa seorang pria dengan begitu semangat seraya mendekati Dasia penuh nekat. Tanpa perduli pada bokongnya yang berdenyut nyeri akibat dorongan keras Dasia karena tak terima diganggu pagi-pagi begini.
Algara, teman sekelas Dasia. Pria jahil dengan semua multitalenannya. Yang bertekat sejak awal memacari gadis pemarah si tukang tidur ini.
"Berisik!" kesalnya.
Sejak awal pertemuannya, Algar selalu tertarik pada gadis emosional ini.
Caranya menanggapi ucapan negatif dengan acuh tak acuh itu, malah semakin membuat Algara tertarik.
"Gue heran Lo tuh sebenernya pasien ODGJ atau--aww," pekiknya.
"Ihh bebeb mah!" Algar lantas mengerucutkan bibirnya yang terlihat aneh di mata Dasia.
"Mulut sampah Lo itu bisa diem gak sih! Lo yang gila, daritadi berisik, ganggu orang gak jelas," kesalnya tak suka.
"Sebenernya gue--e maksudnya Aku tuh gak bisa loh beb gak ganggu kamu sehari aja. Soalnya jantung Aku kalo jauhan dari kamu, rasanya kayak aw-nyeri nyeri gimana gi--"
"Sampah!" Dasia lantas membungkam mulut Algara dengan kertas yang sengaja ia remas hingga masuk ke mulut pria itu.
"Aah uayang muah kuok giethu suama akuh," ucap Algara tak jelas lalu mengeluarkan kertas tersebut dari dalam mulutnya.
"Ah terserah Lo deh anj!"
Setelah pasrah, Algara pun bergegas duduk di samping sang pujaan hati.
Algara adalah satu-satunya orang yang mau bertahan atas kegilaannya.
Sudah terlalu sering dibentak, diusir, dicaci bahkan sudah sempat ia pukuli sangking kesalnya pada pria pengganggu ini.
Algar tetaplah pria keras kepala dengan keunikannya, ia malah semakin tertantang mendekati Dasia.
Bukannya marah atas tindakan Dasia yang keterlaluan, Algar malah merasa tertantang pada gadis itu sendiri ketika marah.
Pernah suatu hari ia berkata bahwa Dasia malah manis begitu, dan jelas saja Dasia langsung menendangnya dari atas kursi, seperti tadi. Karena merasa geli atas gombalan super receh dari Algara.
Dan dengan bodohnya Algara malah tertawa, karena merasa Dasia begitu imut ketika marah begitu.
"Eh ratu drama? Sini Lo!" Panggil Algar pada seorang gadis dengan rambut curly andalannya, Queen Sakana namanya, dengan panggilan Ana.
Ana yang dipanggil seperti itu lantas mendelik tak terima dipanggil macam itu. Ia berdecak malas, tetapi tetap mendekat.
Sedikit banyak yang Algara tahu, gadis ini tertarik padanya. Menguntungkan untuknya karena gadis ini terkenal pintar.
"Apaan?!" Tanyanya pada Algar dengan malas, karena tak suka ada gadis pembuat masalah itu di sana.
"Cia coba liat deh mukanya nih ratu drama, ngakak hahah," tawa Algar mengalihkan atensi Dasia. Yang semula hanya melipat kedua tangannya dan menenggelamkan kepalanya di sana.
KAMU SEDANG MEMBACA
DASIA | LENGKAP
Teen Fiction"Dari semua hal yang bisa Lo milikin. Lo milih untuk genggam masa lalu atau memperbaiki diri dengan masa depan? " Tanya Ziano. "Gue rasa pertanyaan itu tepat untuk diri Lo sendiri. Genggam masa lalu atau perbaiki masa depan? " ucap Dasia. Hendak b...