20|Sebuah Kotak?

167 89 6
                                    


Momen itu dikenang agar di masa depan kita punya cerita tentang masa indah di waktu kita belum bisa apa-apa.

🌵

"Ciaaaa?" Panggil Algar berulang-ulang pada gadis yang tengah bergelut dengan selimut itu.

"Humm?" sahut Dasia sekenannya. Ia terus memeluk gulingnya enggan melepasnya.

"Cia bangun? Udah mau sore lagi masa Lo belum bangun-bangun!" Protes Algar yang terus menarik selimut Dasia agar lolos segera dari tempat tidur itu.

Dasia kembali memejamkan matanya enggan bangun.

"Ya allah nih orang anak siapa sih, kebo banget!" Sentak Algar geram sambil mengacak acak rambutnya geram juga dengan kekeras kepalaan Dasia.

"Ckk! Keluar gih Aaaall, gueaa maseeh ngantuok," ucap Dasia terdengar seperti gumaman, seraya melayangkan tangannya ke udara seolah mengusir.

Algar yang kesal pun lantas berdecak keras dan meninggalkan ruang kamar Dasia.

Dasia menggeliat sambil bergumam tak jelas seraya menatap layar handphone-nya. Wangi masakan menguar ke dalam indra penciuman Dasia.

Seingatnya tadi ada seseorang yang juga ada di kamarnya tapi ia lupa suara siapa. Langkahnya gontai keluar dari ruang kamarnya. Beralih ke arah dapur untuk meminum air seperti kebiasaannya.

"Bagus ya! Jam segini baru bangun! Mau jadi apa kamu kalo gede?" suara bariton itu mengalihkan atensi Dasia yang baru saja masuk ke arah dapur.

Dasia mengamati seorang pria yang tengah berkacak pinggang memegang spatula dan memakai celemek motif bunga-bunga itu.

Mirip seperti Ibu-Ibu yang tengah mengomeli anak gadisnya.

Spontan Dasia mengucek matanya lalu tertawa terbahak melihat seseorang di hadapannya itu.

"Hahaha-- Al Lo ngapain?" Suara Dasia tersendat-sendat karena diiringi tawanya.

"Masak!" Jawab Algar ngegas.

Memang dirinyalah yang tengah memasak. Ia memang sering memasakan Dasia makanan yang ia bisa. Tapi tak sampai memakai celemek juga.

"Issh! Dandanan Lo dah cocok deh jadi Ibu ibu," celetuk Dasia sambil mendekat menatap hidangan yang akan Algara sajikan.

"Terus Lo jadi Bapaknya?!" Ucap Algar tak santai.

"Ngacok!" Sahut Dasia.

Niat ingin mencomot satu tempe goreng tertahan karena Algar sudah menariknya lebih dulu.

"Jorok!" Ucap Algar.

"Nggak usah sok bersih deh," protes Dasia.

"Cuci tangan gih?" Usir Algar.

"Nggak!" Ucap Dasia kekeh hendak menarik piring itu namun kembali Algar tahan.

"Cia, buru gih, tangan Lo banyak kuman ya itu," saran Algar.

"No! Tangan gue bersih ya!" protes Dasia.

"Yaudah ambil aja tapi semua yang ada di meja gue bungkus terus biar gue makan sendiri a--" ucapan Algar terhenti.

Karena suara langkah Dasia yang akhirnya menurut juga dengan ancaman terampuh miliknya.

"Sialan Lo!" Teriak Dasia dari dalam toilet.
Dan dihadiahi tawa Algara.

Dasia keluar dengan wajah yang lebih cerah, rambutnya memang masih acak-acakan tapi kecantikannya tetap bertahan.

"Pagi Nona Dasia?" Sapa Algar sambil menarik kursi yang akan Dasia duduki.

DASIA | LENGKAPTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang