23|Ini Apa?

163 84 3
                                    


Semuanya butuh waktu, entah untuk melupakan atau meratapi bahwa ini begitu mengecewakan.

🌵

Dasia memejamkan matanya sejenak karena pening masih terasa menghantam kepalanya.

"Kepala Lo masih pusing?" Tanya Ziano yang langsung bangkit dari duduknya.

Dasia membuka matanya. Kepalanya terasa sakit, ia hendak memukulnya tapi tangan kekar Ziano segera menahan.

"Lo jatuh tadi, kepala Lo kebentur lantai. Sakitnya cuman bentar doang entar ilang, tahan dulu ya?" tutur Ziano.

Bibir Dasia masih memucat.

"Nih makan," Ziano menyodorkan nasi kotak yang tadi ia beli beserta air mineralnya.

Dasia menggeleng, mulutnya masih enggan untuk berbicara, rasanya masih begitu lemas.

"Pagi tadi Lo nggak sarapan, nih makan dulu! Lo nggak ada tenaganya, badan Lo lemes entar sakit," ucap Ziano tetap memaksa.

Oh pantas saja perut Dasia terasa nyeri, ternyata maag-nya kambuh. Ia lupa sarapan karena terlalu tergesa menunggu kehadiran Algara.

"Perduli apa Lo?" Ketus Dasia malas.

Ziano tak menyahuti, menarik kursinya dan memposisikan diri dengan tepat untuk menyuapi Dasia.

"Bego ya Lo!" Sentak Dasia. Lalu menahan nyeri perutnya.

"Udah dibilangin juga cepetan!" Paksa Ziano.

Tanpa menunggu balasan Dasia ia lantas memasukannya ke mulut Dasia yang kembali ingin protes.

Dasia lantas merebut paksa rice boxs yang ada di tangan Ziano dengan kesal.
Ana masuk dengan kikuk.

"Mau nganterin minyak telon," ucap Ana sambil menyodorkan minyak telon yang ia bawa dengan ragu.

"Makasih," ucap Ziano.

Ana mengangguk lantas kembali meninggalkan mereka berdua.

"Pake cepetan," Ziano menyodorkannya.

Dasia mengambilnya, minyak telon adalah salah satu yang selalu ia butuhkan ketika dalam keadaan darurat seperti tadi. Karena Hera selalu mengingatkannya tentang itu.

Dasia menoleh ke arah handphone-nya. Pesan yang ia tunggu tak jua timbul, tanpa sadar Dasia menghela nafas kecewa.

Dan semua itu tak luput dari pandangan Ziano.

Diam-diam Ziano menggeram, karena pria itu Dasia ikut terlibat perasaan rumit seperti ini.

"Mau minum?" Tanya Ziano.

Dasia tak menyahuti namun langsung mengambil alih botol minum itu.

"Makasih?" ucapan Dasia terdengar lirih dan malas.

Namun Ziano cukup puas, Dasia masih bisa menggunakan kata dengan tepat.

"Sama-sama," jawabnya.

Dasia tidak bodoh untuk tidak memahami kedatangan Ziano di sini. Samar-samar tadi ia mendengar suara Ziano yang memanggil namanya.

Sehingga dengan kesadaran dirinya, kata terima kasih cocok untuk ia utarakan.

...

'Ting!'

Dengan cepat Dasia meraih handphone-nya. Sudah beberapa hari ini Algara tak ada kabar, dan selama itu juga Algar tidak masuk sekolah.

DASIA | LENGKAPTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang