16|Ribut

169 96 7
                                    


Salah tercipta untuk membuktikan bahwa manusia tidak selalu benar tentang semua hal.

🌵

Dasia baru saja kembali ke arah tribun penonton setelah usai bertemu kembali dengan guru bidang konseling di Genthala.

Kasus yang ia buat minggu lalu karena hampir saja membunuh si ratu drama, menjadi kasus yang sudah ke beberapa kalinya bagi Dasia.

"Cia?" Panggilan dari seseorang berhasil membuat Dasia menoleh, orang itu Gina.

Dasia tak menyahuti.

"Sini aja? Di sana udah penuh semua," ucapnya.

Dasia menatap malas pada Gina, usahanya untuk caper ternyata sekuat itu. Tidak takutkah Gina jika kembali menjadi sasaran amukan seorang Dasia Nahera?

Apa tadi katanya? Cia? Sok akrab!

Beberapa orang yang tadi sempat berada di dekat Gina lantas menghindar, tak mau memancing banyak keributan. Akibat ulah sok baik Gina.

Melihat orang-orang yang menyingkir akhirnya Dasia mendekat, malas juga jauh-jauh kembali ke tempat yang tadi sempat ia duduki.

Saat Dasia mendekat, Gina lantas terdiam.

'Cia' yang ia maksud itu Felicia, sepupunya. Bukan Dasia Nahera Gunala ini.

Ia gugup sendiri, sapaannya yang tak tepat sasaran malah membuat ia berada pada masalah. Felicia yang tak sempat menoleh padanya berhasil membuat semua orang mengira ia memanggil 'Cia' si primadona, termasuk Dasia sendiri.

"Caper!" Ucap Dasia sambil bersidekap.
Gina mendengarnya tapi tetap diam.

Tak tahu harus membantah untuk mencari masalah baru atau diam saat dikira cari perhatian.

Dasia tak kembali melanjutkan ucapannya, fokusnya sekarang tepat pada pria yang memakai baju dengan nomor punggung yang sama dengan yang sering Algara pakai, nomor 9.

Angka itu melekat di baju yang pria itu kenakan.

Dasia mengernyit melihat postur tubuh orang tersebut yang tak mirip dengan postur tubuh kekasihnya. Memang tengah membelakanginya sehingga memang nampak kurang jelas.

"Yang pake baju nomer 9 siapa?" Tanya Dasia pada Gina yang sudah tergagap mendengar pertanyaan yang dilontarkan padanya.

Gina mengernyit sebentar mengamati pria dengan baju nomor punggung 9 tersebut.

"Ziano Alkandra, 11 IPA 5," tutur Gina.

Dasia menatap Gina curiga.

"K--kita satu kelas, makannya gue tahu," ucap Gina menjelaskan.

Melihat ekspresi Dasia seolah menaruh curiga padanya.

Dasia mengacuhkannya dan lantas pergi hendak ke arah tempat pemain.

Ia masih ingat tentang jas yang semalam melekat di tubuhnya ketika bangun, wangi tubuh seseorang yang sama dengan jaket yang terpajang di pintu depan kamar apartemennya.

"Yang gantiin cowok gue siapa?" Tanya Dasia pada salah seorang pemain tim basket.

"Ziano kalo gak salah," jawab pria itu cukup terkejut. Karena tiba-tiba Dasia menghampirinya membuatnya salah tingkah sendiri.

Dasia lantas mendekat ke arah pria dengan nomor punggung 9 tadi.

"Bagus ya? Mentang-mentang cowok gue nggak masuk, mau gaya-gayaan Lo gantiin dia? Mau pansos? Mau cari sensasi?" Cecar Dasia.

Alasan yang tepat untuknya mempermalukan pria yang belakangan ini kerap kali membuat ia naik pitam, karena memang beberapa kali pria ini begitu menyebalkan. Terakhir saat taruhannya satu minggu itu, jelas saja Dasia tak menepati taruhan itu.

Bahkan entahlah apa yang tidak ia ingat tentang kejadian semalam. Apa pria ini sudah menciuminya barang kali?

Asumsi buruk mulai berkembang, dari pemikiran gadis cantik pembuat ulah itu.
Ziano menoleh dengan wajah biasa saja. Ia sudah tahu resiko jika berhadapan dengan gadis sejenis pembuat ulah macam gadis ini.

"Waktu 15 menit! Semua harap kumpul di lapangan!" Instruksi dari kapten basket itu mengudara.

"Bahkan muka pas-pasan Lo nggak bikin semua orang tahu kalau manusia sejenis Lo tuh masih ada," sindir Dasia.

Dia harus berhasil! Pria ini sudah berani mengusiknya!

"Gue nggak mau berurusan sama gadis kayak Lo! Cari yang lain sebagai target Lo yang selanjutnya. Karena manusia kayak gue masih punya otak buat mikir beberapa kali nyari sensasi modal tampang doang!" Ucapan Ziano sedikit menohok diri Dasia.

Dasia menggeram, berani sekali pria seperti Ziano berucap demikian padanya.

"Oh ya? Terus kenapa pakai baju cowok gue kalo nggak mau cari sensasi? Atau sengaja buat cari perhatian gue?" Ucap Dasia kelewat percaya diri.

Sambil bersidekap dada, kegiatan mereka tak luput dari perhatian orang-orang.
Masalah apapun itu jika berhubungan dengan Dasia, maka tak ada yang bisa menolak untuk menyaksikannya.

Dasia Nahera Gunala dan pria yang baru banyak orang ketahui keberadaanya. Wajah tampan yang Ziano miliki tak membuat banyak orang tahu tentangnya.

Dan yang pasti tidak ada yang tahu tentang dirinya sebagai putra dari keluarga Brawijaya.

Ziano banyak merahasiakan semua itu agar dirinya tak begitu diincar, dan menuruti sesuai perintah Pramana sendiri.

"Seharusnya cowo Lo bilang makasih sama gue. Karena gue, cowok Lo masih bisa bertahan atas peraturan yang dia langgar soal perbasketan di Genthala," tutur Ziano sambil menyorot tajam wajah Dasia yang tak lagi berkutik.

Melihat keterdiaman Dasia, Ziano lantas melangkah pergi. Namun terhenti karena ucapan Dasia.

"Terus apa alasan Lo nganterin gue sampe ke dalam kamar?" Cecar Dasia.

Ia masih penasaran akan itu, siapa juga yang sudah memberi info tentang keberadaannya di sana. Atau pria itu semalam juga kesana?

Ziano menghentikan langkahnya, ia tak tahu jika Dasia mudah sekali menebak seseorang macam itu.

"Kasian!" satu kata itu berhasil membuat Dasia terdiam.

Kurang ajar!

Semua mata melirik tak percaya atas ucapan Ziano.

"Sialan!" Dasia mengumpat sambil mengepalkan tangannya kuat-kuat.

Seraya memandang punggung itu perlahan menjauh.

Bukan Dasia namanya jika terima saja atas ucapan yang tak pernah ia inginkan.

"Tunggu aja!" Dasia tersenyum miring.

...

Revisi: Minggu, 08 Januari 2023

...

Udah ditambahin ke perpusmu belum?

Jangan lupa ditambahin ya hehe❤❤

sindiaa_

DASIA | LENGKAPTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang