34|Story

138 70 3
                                    


Setiap orang punya kisah masing-masing, dan aku berharap semoga kisah kita di masa depan tak akan seburuk kisah di masa lalu

🌵

"Rumah Lo dimana sih?" Kesal Jenio karena sedari tadi gadis itu tak kunjung menjawab arah ruamhnya.

"Bentar dulu ihh Mas Jen! Nggak liat es krimnya masih melet-melet nih," gerutu Syana yang masih sibuk dengan es krim yang tadi ia beli dengan penuh pemaksaannya.

Jenio lantas berdecak, tingkah kekanakan gadis ini masih sama.

Dan momen dulu yang masih teringat jelas diingatannya. Walau rasa kecewa jelas masih kentara karena gadis itu yang dulu memilih putus karena tak mau LDR.

Tapi ia tak mau munafik, kalau ia pun merindukan gadis cerewet ini.

Jika bukan karena rasa kecewa yang lebih mendominasi, ia pastikan akan memeluk gadis itu saat keterkejutannya melihat kehadiran gadis itu.

"Oh iya, ka--maksudnya Lo  temenan sama Ziano?" Tanya Syana.

Ya walaupun cerewet dan terkesan barbar. Syana tahu tempat untuk bertingkah konyol macam itu. Karena ia tahu, Jenio menghindarinya.

Dan ia pun sadar diri sebagai seorang 'mantan!'

"Nggak!"

"Oh, e si A.., Al? Aal? apasih?"

Gerutunya sendiri yang lupa dengan nama pria yang tadi sempat Dasia dan Jenio perbincangkan.

"Algara," koreksi Jenio.

"Ah iya! Siapa?" Tanya Syana.

Jenio mengacuhkannya.
Ia rasa itu bukan suatu yang penting untuk dibicarakan.

Syana pun lantas berdecak.
Ternyata si mantannya ini masih saja semenyebalkan itu!

...

'Kamu apa kabar?'

"Baik..." pria itu menghentikan suara yang semula tertahan.

'Kenapa?'

Hening!

'Al hikss...?' panggil wanita paruh baya dari sambungan telepon.

Algar lantas menggigit bibirnya keras-keras agar suara tangisnya tak akan terdengar wanita paruh baya yang ia rindukan itu.

'M--mama kangen?'

Tenggorokan Algar terasa tercekat, ia menjauhkan sejenak telepon dari telinganya. Lalu menghelanya kasar.

"Mama istirahat ya? Udah malem," pesan Algara, ia tak mau tangisnya pecah tiba-tiba hanya karena menahan secuil rasa sakit ini.

'Hikss.., M--Mama mau cerai...'

Deg!

Ucapan Tya berhasil menghujam dada Algara.

"Kenapa?? Buat apa? Mama ada masalah apa?!" Air mata yang seolah sudah mengenang tadi terasa menghilang digantikan dengan rasa keterkejutannya.

'Mama egois selama ini A--Al, Mama cuman mikirin kebahagian Mama tanpa tahu kalau kamu tersiksa, kalau semua orang tersiksa s--sama keegoisan Mama...'

"GAK! AKU GAK AKAN PERNAH SETUJU ! MAMA AKAN LEBIH EGOIS KALAU BERCERAI. AKU UDAH NGELAKUIN SEMUA TERLALU JAUH DAN BERAT MA. LALU KALAU PADA AKHIRNYA INI SELESAI. APA A--ARTI PERJUANGAN AKU SELAMA INI MA??" Ucap Algar, ia mengacak rambutnya kasar.

DASIA | LENGKAPTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang