32|Strange!

147 76 4
                                    


Kita seperti angin lalu, pernah dirasa namun nantinya akan pergi juga.

🌵

Gina tengah sibuk mengunyah permen karetnya sambil sesekali meniupnya. Sesuatu kebiasaan yang selalu ia lakukan.

Merasa bahwa permen karetnya sudah tak ada rasa, atau istilah kerennya hambar, seperti harinya.

Gina lantas membuang bekasnya tapi ia lupa jika sebelum ia akan beranjak ada sebuah sepatu di sana.

Otomatis sepatu kets itu kotor oleh permen bekas kunyahannya.

"Oh my God...," pekikan itu lantas membuat Gina mendongak kikuk.

Seorang gadis dengan tinggi setara anak SMP itu, tengah menatap nyalang sepatunya yang terkena noda permen karet itu.

Gina lantas terbelalak.

Gadis ini?

"Eh sorry, gue nggak liat tadi," tutur Gina.

Syana yang merasa tengah diajak berbincang itu malah menunjukan senyum manis miliknya.

"Oh nggak papa, tadi Daddy juga nanya kapan gue mau ganti sepatu. Slow! Sepatunya juga jadi imut tuh, aesthetic gitu loh," ucap Syana yang malah kegirangan melihat sepatunya yang seperti ternodai tai burung itu, malah terlihat aesthetic katanya (situ sehat?)

"H-hah!?" Ulang Gina yang malah bingung.

"Iya gapapa, btw ruang BK dimana ya?" Tanya Syana.

"Sana," tunjuk Gina pada bagian seberang kelas.

'Semoga dia nggak inget gue!'

"M--mau ngapain?" Tanya Gina.

Kenapa ia merasa tengah berada di dekat Dasia dengan sikap yang berkebalikan ini.

"Itu gue mau curhat, kan gue ada masalah nih, jadi gue mau curhat biar di hukum. Kalo kata temen gue, guru BK itu pengertian, setelah didengerin, kita diceramahin terus dihukum deh. Kan seeeruuu...," ucap Syana kegirangan sambil mengacak acak poninya sendiri.

'Nggak waras nih orang!'

"Oh iya, gue duluan ya!" Ucap Gina terburu-buru.

Setidaknya ia bersyukur gadis itu tidak mengenalinya--

"Eh? Lo temennya mbak Cia kan ya?"

'Mampos!'

...

'Ehemm..'

Dasia lantas menoleh kaget, lalu berdecak kesal.

"Lo ketemu nyokap gue kemaren?" Tanya Ziano.

Lalu duduk disebelah Dasia yang kini tengah duduk dipinggir lapangan tepat di bawah pohon untuk menghindari pencahayaan matahari langsung.

"Gue rasa nyokap Lo udah cerita," bukan jawaban malah sebuah ucapan yang terkesan enggan menyahuti pertanyaan Ziano.

"Makannya gue nanya buat mastiin," ucap Ziano malas.

Gadis ini masih sama, masih suka membuat lawan bicaranya kesal, dan pastinya yang sangat sering tak mau menjawab pertanyaan.

"Menurut Lo?" Lagi, bukan sebuah jawaban. Dasia menatap Ziano dengan sinis.

DASIA | LENGKAPTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang