21|Perpisahan?

180 88 9
                                    


Rasa nyaman tercipta ketika hati mulai percaya dialah tempatnya. Tempat menangis, mengadu bahkan menciptakan hal baru. Tapi mereka kerap kali lupa rasa nyaman akan menyakitkan ketika dihadapkan oleh perpisahan.

🌵

Dasia tersenyum menatap kerlap kerlip sinar bintang di atas langit. Suara air, dan lampu yang menyala di sekitar danau. Entah kenapa membuatnya tenang.

Algar menoleh sambil menyunggingkan senyum tipisnya, ia menyukai senyum Dasia saat ini. Senyum yang benar-benar tulus ia terima.

"Suka?" Tanya Algar.

Dasia mengangguk.

Lalu Algar kembali mendayuh perahu kecil yang ia sewa dari pemandu wisatawan danau.

"Lo tahu?" Ucap Dasia.

Algar menyiapkan diri untuk mendengarkan.

"Gue suka danau karena Ibu--" Dasia menjeda kalimatnya.

"Dulu Ibu pernah bilang suka ke danau sama cowoknya--" Dasia kembali menjeda kalimatnya.

Algar terus setia menjadi pendengar.

"Sampe akhirnya gue juga ngerasa senang setiap kali ngeliat danau. Tapi gue nggak pernah berani buat naik ke perahu kayak sekarang, karena Ibu pernah cerita, dia pernah jatuh dari sini--" tawa Dasia terdengar halus namun sarat makna.

Entah kenapa Algar membencinya karena terdengar menyedihkan.

"Sekarang berani karena gue?" Tanya Algar.

"Iya," jawab Dasia.

"Karena gue pacar Lo?" Goda Algar, sambil terkekeh.

"Karena gue percaya sama Lo, setiap orang yang ngerasa mencintai kita dia bakalan selalu berusaha ngejaga kita semampu dia," ucap Dasia.

'Deg'

Entah kenapa ucapan Dasia seperti tengah mengetuk sesuatu di dalam rongga dada Algar yang semakin sesak, karena ucapannya.

Dasia mempercayainya?

Apakah itu berarti Dasia mulai mencintainya?

Kenapa itu harus terjadi?

Ia tak mengharapakan balasan cinta Dasia, cukup dirinya saja. Karena ia tak mau Dasia merasakan sakit yang sama sepertinya.

"Kenapa berhenti?" Tanya Dasia karena merasa perahunya tak lagi bergerak.

"--Lo suka gue?" Tanya Algar.

Hening sesaat.

Mata mereka masih beradu.

"Kenapa Lo harus nanya? Sesuatu hal yang seharusnya Lo rasain? Penting?" Tanya Dasia sambil menarik turunkan alisnya.

"Jangan pernah suka gue Cia--" ungkapnya lirih. Menarik dayungnya dan kembali mengayunkannya.

"Aneh! Kita pacaran tapi Lo nggak berharap balasan suka dari gue?" Tanya Dasia.

Algar tak menyahuti.

Hatinya berdesir, jantungnya memompa keras, bukan karena jatuh cinta tapi tengah takut cintanya jatuh, jatuh untuk kembali terluka.

"Kita bakal sama-sama terluka," ucapnya.

"Gue nggak pernah berharap terluka Al. Karena gue si penggores luka bukan pencipta luka," ucapnya.

"Dan faktanya Lo lah si luka itu.." ucap Algar.

DASIA | LENGKAPTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang