40|Why Not?

120 46 4
                                    


Sesuatu yang baru itu memang perlu diuji, ntah itu keseriusan atau hanya sebuah bualan.

🌵

"I miss you, my daughter," ucap Hera.

Ziano menatap tanpa henti rasa rindu yang saling disalurkan dari Ibu dan anak itu. Dan sekarang ia tahu, sumber kebahagiaan Dasia hanya pada Hera, Ibunya.

Ziano tersenyum, seindah itu ternyata hanya melihat kebahagiaan Dasia saja.

Dasia menarik diri dari Hera lalu tersenyum menghadap Ziano.

"Bentar ya Bu?" Pamit Dasia.

Hera mengangguk sebagai jawaban.
Dasia mendekat lalu segera mencium pipi Ziano.

"Makasih buat semuanya?" Tutur Dasia, karena ia sadar tanpa Ziano ia akan benar-benar akan sekalut apa semalam.

Tubuh Ziano menegang.

Untuk pertama kalinya selain Naya, Dasia gadis pertama yang mencium pipinya.

"Pulang aja dulu, Lo pasti capek. Ana, Gina, ama Syana juga mau jengukin entar. Makasih ya?" Tutur Dasia terdengar sangat tulus.

Suara yang begitu lembut itu berhasil membuat jantung Ziano menggila.
Ziano mengangguk sebagai tanggapan.

Regan kembali masuk, menghampiri brankar Hera hendak memeriksa kondisinya.

"Kenapa bro?" Tanya Regan sambil menepuk pundak adiknya.

Ziano lantas menatap tajam ke arah Kakaknya itu. Sedangkan Regan malah tertawa melihat rona merah di bagian pipi Ziano yang jarang sekali terlihat itu.

Mengacuhkan Regan, Ziano pun lantas pergi. Sambil meraba pipinya yang terasa hangat, benda kenyal itu masih terasa, senyuman indah itu masih ia rasakan, dan ucapan penuh ketulusan tadi terus menggema bak playlist utama.

Apakah itu tadi benar-benar Dasia?

Ahh rasanya Ziano ingin terus memutar ulang kejadian tadi.

Dan ia sama bahagianya hari ini!

...

"Auntie cantik banget, mirip mbak Cia ya?" ucap Syana antusias.

"Tolol! Ya ialah mirip, orang emaknya," kesal Gina.

Yang berhasil membuat Hera tersenyum, ternyata Putrinya sudah tidak sendiri lagi banyak orang yang akan menemani Putri kecilnya.

"Perasaan gue nggak ngomong ama Lo deh ihh..." kesal Syana.

"Udah udah!" lerai Ana yang selaku menjadi penengah jika mereka tengah berdebat.

Suara pintu yang dibuka kembali berbunyi, Dasia yang masuk disertai suster yang merawat Hera.

"Abis ngomong apaan aja nih duo hama?" Tanya Dasia saat mendapati raut tak bersahabat antara Syana dan Gina.

"Dia yang bikin tensi naik," Sahut Gina.

"Enak aja! Lo yang cari masalah ama gue, padahal kan gue nggak mancing," celetuk Syana.

DASIA | LENGKAPTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang