38|Candu

114 50 2
                                    


Jatuh Cinta dan terluka adalah dua hal yang dirasa akan selalu ada, saat kau jatuh Cinta maka konsekuensinya kau harus siap terluka

🌵

"Nih?" Ziano menyodorkan satu cup ice cream yang baru saja ia beli ke arah Dasia dan satunya lagi ia pegang.

"Tumben baik?" Ucap Dasia, namun tak urung tangannya meraih.

"Emang gue baik," ucap Ziano tak terima.

"Masa?" Ucap Dasia lalu menyantap ice cream miliknya.

Ziano lantas merotasikan matanya jengah.

"Terserah," kesalnya.

Dasia lantas mendekat lalu duduk di sebelah Ziano segera dan memeluk lengan kekarnya. Entah sejak kapan semua ini terjadi, tapi sekarang hubungan Dasia dan Ziano memang sedekat itu.

Dasia mulai terbuka, alasannya bukan karena ingin menjadikan Ziano pelarian atas kisah masa lalunya tapi Ziano sendiri yang mengatakan 'jadikan ia sebagai penawar lukanya', entah apa yang Ziano maksud.

Namun semenjak itu hubungan mereka semakin dekat.

"Iya-iya deh Nano mah paling--" terpotong!

"Sekali lagi Lo ngomong gitu gue cium di tempat!" sarkas Ziano tak suka.

Nama 'Nano' untuknya adalah nama terkutuk yang paling memuakkan yang tidak ia suka.

Dasia lantas mendorong lengan Ziano kesal lalu lanjut berdiri.

"Iya-iya Ziano yang baek, yang comel, yang bawel" ketus Dasia.

"Ha? Apa tadi? Yang apa?" Ulang Ziano.

"Yang baek," jawab Dasia.

"Terus?"

"Yang bawel."

"Terus?"

"Yang comeng,"

"Boong dosa!"

"Biarin, Lo kira manusia nggak ada dosa?" Ketus Dasia.

"Lo tuh nambah-nambahin dosa namanya."

"Sewot amat! Emang Lo mau nampung dosa gue?"

"Nggak juga sih."

Lalu mereka kembali terdiam. Acara festival sekarang tengah diisi dengan acara hiburan. Seusai band yang dibawakan Ziano usai.

"Gu--" ucapan mereka terhenti.

"Lo duluan aja," ucap Dasia.

"G-- suka performance kalian, hm- keren!" Ucap Ziano sambil mengacungkan jempolnya ragu.

Sontak saja hal itu berhasil membuat Dasia tertawa.

Ziano mengerutkan keningnya.

"Ada yang salah?" Tanya Ziano.

"Ya ada lah! Lo nya aneh, tumben begitu," celetuk Dasia.

"Apanya yang aneh?"

"Omongan Lo, Lo muji gue? Nggak salah tuh? Tanpa Lo bilang juga, gue yakin semua orang terkesima sama gue," ucap Dasia lalu mengedipkan sebelah matanya.

Sial!

Kenapa gadis ini harus semenarik itu?

"Pede!" Alibi Ziano. Ini yang paling malas ia lakukan, gadis itu berhasil menghancurkan kata-kata yang tadi sudah ada di tenggorokannya. Sesulit itu?

DASIA | LENGKAPTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang