43|Keadaan

128 39 7
                                    


Yang salah bukan masa lalu, bukan kita, tapi waktu. Selama apa waktunya, kamu juga harus memahami kondisinya.

🌵

"Lo dimana?"

'Menurut Lo?'

"Di kuburan!"

Pria dibalik telepon itu lantas tertawa.

"Dibilangin malah ketawa, waras nggak tuh?"

'Nggak kayaknya.'

"Ihhh ngeri amat gue pacaran ama orang gak waras," ucap Dasia bergidik.

'Kan seru Cia, tanpa Lo becanda gue bakal ketawa duluan hahah,' tawa Ziano semakin kencang.

"Isshh bego amat! Abang Lo mana?"
Ziano yang tengah memilih milih bunga itu lantas menghentikan kegiatannya.

'Mau ngapain Lo?! Gue bunuh si Regan kalo sampe Lo mau selingkuh ama dia!'

Gila!

Dasia lantas menatap heran handphonenya, ia tak salah dengarkan?

"Ehemm bentar ya, putranya Bapak Pramana. Lo gak lupa kan ya kalo Abang Lo dokter?"

Eh iya?

Ziano lantas diam, makin bucin makin bego deh!

'Ohh.'

Sangking bingungnya Ziano lupa mau jawab apa.

"Kenapa hmm? Malu-malu kambing?" Ucap Dasia sambil tertawa keras, senang sekali menggoda kekasihnya.

'Nggak jelas!'

"Cieee salting?" Goda Dasia dari balik telepon sambil menggigit jarinya gemas karena sang kekasih salah tingkah.

Karena tak kunjung ada balasan dari ucapannya, Dasia lantas berdecak.

"Lo lagi ngapain sih?" Ketus Dasia.
Hening!

"Kalo masih diam, teleponnya gue matiin nih?" Ancam Dasia.

Masih diam!

"Yaudahh..."

'Tuut...'

Dasia lantas bertambah kesal.

"Kok nggak ditelepon balik sihhh?!!" Kesalnya sambil mengacak rambut dan mencak-mencak sendiri, yang membuat sang Ibu terheran-heran melihat tingkah absurd putrinya.

"Kalian putus?"

Seseorang yang baru muncul dari balik pintu apartemen itu pun, lantas melotot terkejut refleks menjatuhkan kotak coklat yang tadi ia beli.

"Gak kok tan, kita akur-akur ajaaa," heboh Ziano yang kepalang panik. Masa baru jadian sudah putus?

"Eh kok Lo di sini?" Ucap Dasia seraya menoleh dengan rambut yang tadi ia acak.

"Lo mau putus?"

Eh?

"Nggak, Lo kalik?" Tuduh Dasia
Lah? Saling tuduh?

"Kalian ngapain sih? Ibu yang pusing liat kalian kayak gini," seru Hera sambil menoleh pada sepasang remaja itu.

Ziano dan Dasia lantas cengengesan, lalu Ziano beranjak ke arah sang calon mertu dan menyaliminya.

"Cekilehh caperr!" Sinis Dasia sambil melempar bantal sofa. Yang jelas saja mandapatkan pelototan tajam dari si korban, dan Hera yang tersenyum melihat tingkah keduanya.

DASIA | LENGKAPTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang