25|Keluh Kesah

161 84 4
                                    


Bukan tentang waktu atau bagaimana mengatasinya. Tapi ini semua tentang kita, aku dan kamu serta kisah patah yang pernah ada.

🌵

Dan yang harus Dasia sesali, selama ini ia tak pernah tahu tentang kehidupan Algara berbanding terbalik dengan Algara sendiri. Bahkan letak rumah Algar sekalipun dirinya tak tahu.

Bodohnya Dasia baru menyadari itu.

"Sialan!" Jiwa mengumpatnya kembali.

Barang-barang apartemen tetaplah alat pelampiasannya jika sedang marah seperti ini.

Ia sadar menangis bukanlah solusi. Melupakan juga bukanlah tempat yang pas meluapkan semua kegundahnnya.
Dan sendiri bukanlah hal yang berguna untuknya saat ini.

Ia masih butuh seseorang saat ini. Pagi tadi saat ia bangun, Ziano sudah tak ada lagi di apartemennya.

'Rumah sakit...'

Itu rumahnya sekarang, setidaknya meluapkan semuanya dengan mengobrol pada sang Ibu mungkin bisa membantu Dasia untuk sedikit merasa puas. Bicara pada Hera adalah hal yang selalu ia lakukan jika sedang dalam masalah.

"Cia butuh Ibu..." cicitnya.

...

"Dari mana kamu?"
Pertanyaan itu lantas membuat langkah Ziano berhenti.

Seharusnya ia bisa pulang lebih awal sebelum ini, ia malas harus menjadi anjing penurut majikannya sepagi ini.

"Maaf?" Satu kata itu yang lolos dari bibirnya.

"Saya tanya kamu dari mana?" Ulang Pramana.

Ziano diam, mudah untuknya menjawab jika ia dari apartemen Dasia, tapi ucapan dari Pram yang tak ingin ia dengar.

'Kamu mau mulai membantah Saya?'

'Semua hal buruk untuk kamu jadikan pelajaran, termasuk tentang percintaan'

"Rumah Bian," bohong Ziano.

"Rumah saya punya peraturan, pulang sepagi ini tidak pernah Saya benarkan," tuturnya tegas. Namun Ziano tak menyukai itu.

"Iya," jawab Ziano tanpa ekspresi.

Naya datang sambil melirik kedua Ayah dan anak itu.

"Lagi ngobrolin apa? Tumben banget?" Tanya Naya bersemangat. Pasalnya hal ini sangat jarang ia temui.

Pramana tersenyum tipis pada Istrinya.

"Putramu mulai membantah Saya," ucap Pram lalu pergi kembali ke arah ruang kerjanya.

Naya menatap ke arah Putranya bingung.
Ia kira Ziano sudah pulang semalam.
Ziano lantas berdecak dalam hati, entah kenapa Pram selalu mengistimewakan Naya.

Namun, Naya tak pernah membantah ucapan Pram. Mungkin karena itu Pram begitu mengistimewakan istrinya. Berbeda dengan anak-anaknya yang sama pembangkangnya seperti Pramana.

"Ziano kenapa? Ada masalah ya nak? Jangan bantah Papa ya?" Pinta Naya sambil mengelus bahu Putranya.

"Iya MA," sahut Ziano acuh, lantas meninggalkan Naya.

DASIA | LENGKAPTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang