36|Phobia

128 53 4
                                    


Tanpa sadar ia sudah kembali terjebak dalam dimensi sebuah rasa yang tak terduga. Ia hanya pura-pura tak tahu padahal sudah tahu.

🌵

"Kenapa Lo mau gue tawarin nebeng. Nggak punya duit?"

'Plakk'

"Awss--kasar banget Lo!" ucap Ziano karena Dasia memukul helm-nya dengan keras dan membuat bagian area kepala Ziano berbunyi.

"Enak aja! Duit gue banyak ya!" sentak Dasia.

"Santai aja kalik jawabnya."

"Ngomong sama Lo tuh emang bikin tensi naik."

"Yaudah diem aja biar nggak buang-buang suara."

"Ngeselin amat sih Lo!"

"Yang bilang ngangenin siapa?"

"Nano mah berisik!" Ucap Dasia sengaja menggoda Ziano balik.

"Sat!" Umpat Ziano.

Dasia malah memperkeras tawanya.

...

"Pantesan mau nebeng," ucap Ziano, dirinya kini tengah sibuk memperhatikan gerak-gerik gadis yang langkahnya lebih dulu dari Ziano.

Dasia mengacuhkannya.

Ia tengah fokus mencari bahan-bahan memasaknya.

"Lo bisa masak?" Tanya Ziano.

"Bi--bisa lah! kan gue cewek," sahut Dasia asal.

"Masak apa?" Tanya Ziano.

"Telor ceplok," ujar Dasia.

Faktanya dulu saat masih tinggal bersama Hera ia memang pernah memasak telur itu dengan bantuan Ibunya. Walaupun hanya sekali, setidaknya ia pernah memasak.

"Terus?" Lanjut Ziano sengaja menggoda. Karena tahu Dasia pasti tidak bisa memasak.

"Banyak tanya banget sih Lo!" Geram Dasia.

Sebenarnya ia malu, malu jika sebenarnya ia memang tak bisa memasak. Karena ia selalu memakan makanan cepat saji saja.

Dasia langsung berjalan cepat ke arah rak yang lain. Malas dijejali pertanyaan lainnya.

Semua itu tak luput dari pandangan Ziano. Ia suka melihat gadis itu salah tingkah.

...

"Kita mulai darimana?" Tanya Ana sambil menoleh pada ketiga gadis yang tengah memperhatikan Ana yang sudah sibuk mengeluarkan barang-barang.

"Masak serepot ini?" Tanya Dasia bingung sendiri.

Syana yang juga kebingungan malah mengangguk mengiyakan.

"Ee.., repot ya? Tapi kenapa nyokap kalo masak malah asik ya?" Timpal Syana.

Jujur saja, Syana pun sama tak mengerti apa-apa tentang alat dapur.

"Gue tahu cuman masak nasi goreng doang," timpal Gina.

"Tapi asin?" Tebak Dasia.

Gina malah menggaruk tengkuknya yang tak gatal.

"Dikit lah, tapi lumayan," sahut Gina.

"Bilang aja nggak bisa Gin," sahut Syana.

"Bisa gue tuh tapi ya gitu--deh," Gina beralasan malu sendiri.

"Udahlah ngebacot aja Lo," Geram Dasia.

Masih ingatkan Dasia tipe manusia yang malas ribet, kasar, dan egois.
Lantas Gina diam.

DASIA | LENGKAPTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang