10|Hidup Mandiri

221 126 12
                                    


Lebih parahnya ketika hati merasa sepih di saat itu juga berharap ada yang menenangi.

🌵

Satyata Algara

[Cia?]
[Udah enakan blm?]
[Maaf baru bales?]
[Acaranya baru selese]
[Maaf ya?]
[Babe?]
[Cia?]
[Otw kesana ya?]
1

9.52

Dasia hanya merotasikan bola matanya. Tak bosan apa menulis pesan sebanyak itu? Dasia yang membacanya saja jengah.

Dasia hanya membaca tanpa berniat membalasnya. Hukuman untuk Algar! Walau kenyataannya Dasia tidak mempermasalahkannya sama sekali. Tapi Dasia cukup puas melihat interaksi kekasihnya itu.

Dasia melirik ke arah jam dinding yang ada di ruang apatemennya. Bergerak hingga hampir menunjuk angka 20.00 WIB.

Tangannya terus bergerak mengecat warna di kuku jarinya, dengan warna merah gelap. Hal yang mampu mengusir kegabutan Dasia sementara waktu.

'Ting-tong!'

Suara bel tanda tamu menghentikan aktivitas Dasia.

"Ckk! Ganggu aja sih!" Decak Dasia lalu bangkit sambil meniup kukunya agar cat dikukunya cepat kering.

Dasia menarik engsel pintunya dengan kesal.

"Pulang aja deh! Gue udah nggak bu--" ucapan Dasia terhenti.

Tahu siapa yang tengah ia omeli ia merutuki dalam hati. Ia kira Algar ternyata...

"Bu apa?" Ulang orang yang berada di depan pintu apartemen Dasia.

"Ngapain sih Lo?" Tanya Dasia disela malunya. Bersedekap dada agar tak jatuh jiwa keangkuhannya.

Pria di depannya melirik ke arah kaki Dasia yang diperban lalu menatap ke arah Dasia.

"Masih sakit?" Tanyanya masih terdengar tak bersahabat.

"Masihlah! Lo kira gue bercanda ampe nggak sakit?" Cecar Dasia tak terima.

Pasalnya karena pria dihadapannya inilah ia terpaksa tak masuk ke sekolah karena masalah kakinya beberapa hari lalu yang terkilir, sampai weekend pun ia tak kemana-mana karena kakinya yang sakit.

Dan Dasia tak suka itu!
Ia harus menikmati keheningan dan kesunyian dalam waktu lama.

"Gue tanya perut Lo! Nihh!" Ucap Ziano lalu mengulurkan kantong kresek padanya.

Dasia melongo.

"Lo tahu?" Tanya Dasia tak percaya.

"Ambil!" Ucap Ziano tak menggubris pertanyaan Dasia.

"Lo ngintilin gue ya? Darimana Lo tahu apartemen gue? Perut gue sakit? Pasti Lo mata-matain gue selama ini ya!?" Tuduh Dasia.

"Kepedean!" Sindir Ziano.

"Ohh atau Lo mau nagih jaket dekil, murahan Lo itu?" Cecar Dasia disela menghinanya.

Ziano menarik nafas dalam lalu menghembusnya dengan kasar.

"Dari dokter Regano! Kurang jelas? Atau mau gue perjelas?" Sentak Ziano.

"Lo kenal dia?" Tanya Dasia kaget.

"Penting?" Tanya Ziano.

Dasia mengangguk.

Ziano tak menggubrisnya, malah menyodor paksa kresek itu hingga terjatuh tak sempat Dasia genggam.

DASIA | LENGKAPTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang