22|Pingsan

185 83 5
                                    


Jika meninggalkan itu semudah kehilangan, maka lebih baik biarkan aku diposisi itu. Semuanya sakit, dan biarkan aku menahannya. Dunia memang seberat itu, dan biar aku jadi pelindungmu. Sekalipun jauh biarkan aku tetap diposisi itu.

🌵

Dasia berulang kali melihat ke arah jam dinding yang terpajang di ruang apartemennya.

Entah apa yang tengah ia pikirkan hingga menatap cemas pada jam dinding seraya menggigiti kuku jemarinya.

"Aakkhh sialan!" Dasia mengumpat.

Seharusnya kemarin ia bisa menurunkan sedikit egonya sebentar.

Kenapa ia menjadi cemas begini.

Panggilan masuk!

Dasia lantas tersenyum cerah.

'Dah berangkat?'

"Baru mau on the way " ucap Dasia.

Lama terdengar hening.

"Al?" Panggil Dasia aneh.

Kini ia mendudukan dirinya ke atas sofa. Ia semakin bingung dengan perubahan sifat Algara beberapa hari ini yang terkesan aneh.

'Hmm?'

"Lo mau jemput gue?" Tawar Dasia.

Biasanya Dasia yang sering menolak tapi kali ini ia yang menawarkan diri.

Algar memang bilang padanya kemarin, bahwa hari ini tidak bisa masuk sekolah karena ada kepentingan.

Kepentingan apa tapi Dasia tak tahu, karena Algar enggan menjawab.

'Tunggu!'

Dan setelah itu sambungan terputus, hati Dasia semakin gelisah.

Kenapa Algar menjadi aneh dan bicaranya tak sesering dulu lagi. Kenapa Algar seperti sering menahan ucapannya yang terkesan berat.

...

"Lo udah izin?" Tanya Dasia.

"Udah," sahutnya.

"Lo aneh! Mau jadi coolboy Lo? Sok cool amat!" Protes Dasia.

Algar terkekeh.

"Kan gue emang aneh. Tiap hari juga Lo ngomong gitu," ucap Algara.

"Terserah deh," ucap Dasia.

Lalu mereka diam.

"Lo mau kemana emang?" Tanya Dasia.

Algar masih diposisi yang sama memeluk helm-nya sambil menatap lekat mata indah di hadapannya.

"Ke tempat yang jauuhhh..," ucap Algar sambil terkekeh.

"Bullshit! Neraka noh jauh," ucap Dasia menimpali.

Algara tertawa keras.

"Maaf Cia?" Ucapnya tulus.

"Lo emang banyak salah," ketus Dasia.

Algar timpali dengan senyum.

"Al?" Panggil Dasia.

Algara menoleh.

"Sebenernya g--gue juga..." ucapan Dasia terpotong. Karena bel sudah berbunyi menandakan jam pelajaran akan dimulai.

Memang sekarang mereka sudah berada di area sekolah.

"Masuk gih! Kalo nggak pinter seenggaknya jangan bolos lah." Suruh Algar.

DASIA | LENGKAPTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang