Yang suka ketawa itu nggak semuanya bahagia, yang cengeng pun bukan berarti lemah. Mereka cuman menahan, menahan semua rasa yang tak hanya cukup dengan kata.🌵
Perpustakaan?Dasia melotot terkejut, karena terlalu sibuk dengan pikirannya Dasia tak memperhatikan jalan. Membuat ia menabrak seseorang, bukannya minta maaf Dasia malah menyalahkan orang itu.
"Bangsat! Kenapa ngalang jalan gue sih ahh!" Teriak Dasia tak terima bahunya disenggol, padahal orang yang ia tabrak malah terjatuh.
"Sorry," cicit orang itu. Dasia menggeram.
"Liat muka Lo!" Sentak Dasia karena gadis itu hanya menunduk persis seperti kejadian di kantin beberapa hari lalu.
Gadis itu mendongak menatap tepat ke arah Dasia.
Lantas Dasia berdecak.
"Ckk, nggak kapok Lo hah? Mau banget Lo nyium sepatu gue?" Bentak Dasia saat melihat wajah gadis itu yang ternyata sama dengan gadis yang ia temui beberapa waktu lalu saat di kantin.
"Gue gak sengaja," bahkan untuk membantah pun Gina tak mampu jika dihadapannya adalah seorang Dasia.
Dasia pun heran kenapa gadis ini nampaknya begitu takut padanya?
"Kata maaf nggak ada harganya! Berdiri Lo!" Perintah Dasia.
Gina sudah kalang kabut mendengar instruksi Dasia, entah apa yang akan gadis itu lakukan selanjutnya.
Koridor kelas memang tengah sepih sekarang karena jam pelajaran tengah berlangsung. Terkecuali teruntuk kelas Dasia tentunya. Karena kelasnya tengah di hukum.
"Gue minta maaf, tadi bener-bener gak sengaja," ucap Gina berusaha menjelaskan, karena takut Dasia bertindak lebih parah saat di kantin beberapa hari lalu, terlebih koridor tengah sepih begini.
Dasia berdecak, malas juga berbicara hal tak penting begini.
"Keenakan Lo kalo cuma dimaafin doang."
Gina tertegun, lalu menelan salivanya susah payah.
"Ikut gue!" Perintah Dasia lalu memimpin jalannya.
Gina masih diam tak mengikuti, takut jika hal berbahaya menyelimutinya.
"Budeg Lo?" Sentak Dasia.
Dan dengan segera Gina berlari terbirit-birit untuk mengikutinya.
Menyesal? Sungguh, untuk pertama kalinya Gina menyesal karena sengaja berniat bolos dari kelas.
Berbagai kelas, gudang, tempat-tempat latihan ekstrakulikuler sudah mereka lewati. Tapi kenapa baru kali ini Gina merasakan sekolahnya terasa begitu luas?
Karena rasa takutnya kah? Atau memang ia saja yang tidak sadar SMA ini begitu luas?
"WOIYY!" teriak Dasia.
Sontak saja hal itu membuat Gina menghentikan lamunannya.
Dan sekarang....
"Perpustakaan?"
"Gue rasa Lo gak buta buat baca? Really?"
Gina tak merespon, ternyata lebih baik gadis di hadapannya ini diam seperti biasanya, daripada berbicara tapi direspon dengan kata-kata menyakitkan begini.
Gina menahan nafasnya, ternyata Dasia tipe manusia menyebalkan juga. Sebenarnya jika dilihat begini Dasia termasuk teman yang mudah perduli tapi sayang tertutupi dengan keacuhannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
DASIA | LENGKAP
Teen Fiction"Dari semua hal yang bisa Lo milikin. Lo milih untuk genggam masa lalu atau memperbaiki diri dengan masa depan? " Tanya Ziano. "Gue rasa pertanyaan itu tepat untuk diri Lo sendiri. Genggam masa lalu atau perbaiki masa depan? " ucap Dasia. Hendak b...