Ketulusan itu ada jika kita mampu memahami dan menjejaki setiap tatapan yang terpancar dari rasa yang tergambar.🌵
"Ihhh kalian keren banget sih," Ucap Syana kembali antusias.
Ana bingung sendiri, sedangkan Gina tengah tersenyum menatap begitu lucunya Syana.
Yang malah mengingatkannya pada adiknya di rumah yang kini masih SMP.
'Iya, gue emang mungil, tapi gue cantik. Gak usah sewot Lo! Nana mah cantik, Nana mah baik, Nana mah beda, keturunan siapa juga dong? BRAWIJAYA!'--Tasyana Brawijaya. (Sepenggal isi hati Syana:')
"Ketemu dimana sih bisa punya temen cocok gini mbak?" Cecar Syana, sambil berusaha mengukur tinggi badannya dengan Gina yang bahkan kalah jauh darinya.
Syana lantas berdecak kagum, ternyata ia memang seunik itu. Sehingga tak ada yang sama tinggi dengannya.
"Mbak?" Syana mengulang.
Dasia lantas menoleh ke arah Ana, setidaknya gadis smart itu bisa sedikit membantunya pada gadis cerewet itu.
"Keadaan dimana kita ngerasa saling melengkapi, dan akhirnya kita ngerasa cocok untuk saling share," ujar Ana spontan.
"Hooo daebakk!!" Syana bertepuk tangan heboh.
"Kalau ada masalah jangan lupa kabarin tante ya?" Sebelum beranjak, Naya lantas memberikan secarik kertas berisi deretan nomornya.
Dasia menerimanya lalu tersenyum tipis sedikit ragu.
Sebelum benar-benar akan keluar, Naya malah menarik tubuh gadis seusia putranya itu ke dalam dekapannya.
"Kapan-kapan main ke rumah ya sayang?" Pesan Naya.
Tidak lama, namun Dasia merasakan begitu hangat sosok Naya.
"Mbak Cia? Ntar di follback ya? Kan mayan di follback-in nambah followers hihihi," ucap Syana sambil memainkan poninya dan terkikik sendiri yang membuat Gina malah merinding.
'Patut diruqiyah nih anak!'
Dasia tanggapi dengan senyum lalu mengacak rambut Syana.
Lucu saja, gadis seusianya malah terlihat seperti anak kecil. Lalu memanggilnya dengan embel-embel 'mbak'.
"Hati-hati!" Dasia melambaikan tangannya tersenyum lebar menatap kedua punggung yang perlahan keluar dari area kafe.
Ia kira malam ini akan begitu membosankan ternyata ini jauh lebih menyenangkan.
Berkat Gina ia akui, ia menyukai hari ini!
...
'Ceklek'
Suara pintu terbuka membuat Ziano menoleh, ia tengah berada di balkon kamarnya sekarang.
"Ma?" Panggil Ziano, lalu bergegas masuk kembali ke dalam kamarnya.
"Kamu lagi ngapain?" Selidik Naya sambil menatap kepulan asap yang kini perlahan menghilang itu.
Naya menghela nafasnya.
"Mama belum tidur?" Ziano sengaja mengalihkan pembicaraan.
"Jangan keseringan ngerokok ya? Sayangin tubuh kamu, Mama nggak larang tapi jangan keseringan ya Sayang?" Tutur Naya sambil mengelus bahu Putranya.
Ziano hanya bisa mengangguk kaku, padahal ia tak ingin Naya kembali memergokinya merokok. Tapi ia sendiri malah lupa menutup pintunya.
Naya beranjak membereskan kasur Putranya yang berantakan.
KAMU SEDANG MEMBACA
DASIA | LENGKAP
Teen Fiction"Dari semua hal yang bisa Lo milikin. Lo milih untuk genggam masa lalu atau memperbaiki diri dengan masa depan? " Tanya Ziano. "Gue rasa pertanyaan itu tepat untuk diri Lo sendiri. Genggam masa lalu atau perbaiki masa depan? " ucap Dasia. Hendak b...