45|Terluka

111 38 6
                                    


Tidak semua hal yang kamu anggap benar, akan terlihat benar di mata orang lain

•MyFather•

🌵

"UNTUK APA ANDA KESINI?!!" teriak Dasia tepat di hadapan Ranaka. Dasia berdiri bak tameng pelindung untuk sang Ibu.

Hati Ranaka berdenyut ngilu mendengar ucapan pertama yang ia dengar secara langsung dari Putri kecilnya, sebuah teriakan.

Hera lantas menenangi sang Putri dengan menggenggam jarinya.

"SAYA TANYA UNTUK APA ANDA KESINI?! HAH?!" teriakan Dasia semakin kencang.

Ziano segera menarik Dasia untuk meredam emosinya dan menyuruh Bian untuk menenangkan Dasia.

"Maaf? Ada urusan apa Anda kesini?" Tanya Ziano mengambil alih pertanyaan Dasia. Dasia masih sibuk berteriak histeris ingin sosok Ranaka segera pergi.

Ranaka bukannya tak mau bicara tapi rasanya mengucapkan satu kata pada sang Putri itu sangat berat. Sudah terlalu banyak luka yang Naka berikan pada Dasia dan untuk mengatakan satu kata saja rasanya itu juga sebuah kesalahan.

Ziano dapat melihat jelas, sosok Naka yang dingin, tegas, tak tersentuh itu saat ini terlihat begitu lemah dan terluka terlihat dari matanya yang sudah berkaca.

Ziano memegangi lengan Ranaka seolah menyadarkan Naka jika Ziano butuh jawaban.

"Jika Anda tidak punya kepentingan apapun, saya harap Anda segera pergi, Dasia butuh waktu," ucap Ziano yang tak sanggup mendengar teriakan Dasia yang ingin Ranaka segera pergi.

Naka mengangguk kaku, ia juga terluka melihat Putrinya yang seperti itu.
Baru saja akan melangkah pergi, ucapan Hera berhasil menghentikan semuanya, langkah Naka dan teriakan keras Dasia.

"Saya yang menyuruh Naka untuk datang kesini!" Ucap Hera tegas.

Yang berhasil membuat Dasia menoleh seraya menunjukan raut wajah tak terbaca.
Untuk apa Hera ingin Naka kesini?

Ingin meminta tambahan luka yang sudah mengering?

"Bu--" ucapan Dasia terpotong.

"Sayang, Naka tetap Papa kamu, kamu butuh so--" tangan Hera yang semula menggengam tangan Dasia. Lantas Dasia hempas dengan kasar.

"Aku nggak punya Papa kayak dia! Aku cuman punya Ibu! Aku nggak punya orang tua selain Ibu! Dia cuman bisa nyiptain luka dan kebencian dalam diri akuu..," teriak Dasia keras. Tak terima dengan ucapan Hera.

Ziano segera berlari kembali ingin menenangi Dasia, namun terlambat...

'PLAKKK...'

Tamparan keras itu mengenai pipi Dasia bertepatam dengan air mata yang meluruh dari pipi mulus Dasia. Dasia terlalu terkejut dengan semua yang terjadi.

Semua orang terkejut.

Suara Dasia yang berteriak tadi lantas tergantikan dengan keterkejutan.

Ziano lantas memeluk erat Dasia berusaha menenangkan isakan Dasia yang memilukan.

Hera juga terkejut dengan gerakan spontan yang ia sendiri ciptakan. Ia menatap nanar tangannya yang dengan berani dan untuk pertama kalinya menampar pipi sang Putri.

Ranaka lantas berusaha mendekat ke arah sang Putri karena terlalu syok.

"Maafkan Papa..." ucap Ranaka penuh dengan nada penyesalan disertai cemas.
Dasia lantas melepas pelukan erat Ziano, dan mengelap kasar sentuhan Ranaka pada bahunya.

DASIA | LENGKAPTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang