37|Perubahan

115 47 3
                                    


Dari fase ini aku belajar, bahwa semua orang bisa berubah menjadi lebih baik, masalahnya hanya di waktu dan diri sendiri.

🌵

"Pagiiiiiiiiiii? Sayang sayangnya akohh..." seru Syana kegirangan.

Sambil menampakkan tubuhnya yang mungil dengan suara lengkingan itu agar terlihat.

Sukses! Kompak 3 orang yang ada di meja itu melirik ke arahnya.

"Lo nggak sakit kan Sya?" Tanya Gina lalu meraba kening gadis itu ketika Syana duduk di sebelahnya.

Memang akhir-akhir ini keempat orang gadis itu semakin dekat apalagi semenjak kehadiran Syana sebagai penghubung untuk mereka.

Alasannya cukup simple, menurut Dasia ini hanya karena acara festival begitu juga menurut Gina.

"Issh mana ada! Putri Syana yang cantik jelita calon Putri mahkota begini syakit."

Kumat deh lebaynya....

"Kayaknya nggak sakit deh, cuman lagi kumat aja," sambung Ana, si gadis ambisius itu.

Lalu kompak membuat mereka tertawa, hanya Dasia yang tak tertawa, ia lebih menikmati dengan senyuman. Paginya cukup indah bukan?

"Mbak? Belain dong calon adek iparnya," seru Syana yang langsung pindah posisi menggeser tubuh Ana hingga berpindah tempat.

"Jan ganggu, nanti mantannya kesenangan," ujar Dasia menyebalkan!

Kompak Ana dan Gina bertosria ternyata selera humor si gadis keras kepala ini lumayan juga.

"Aiihhh Mas Jennnnn--adek tersakitiiii!" drama Syana. Yang berhasil membuat beberapa orang yang mampir di kantin menoleh ke arahnya. Seolah mengatakan 'you crazy?'

"Mas Jen dipanggil dedek gemes nihh?" Kompor Gina yang berhasil membuat suasana kantin heboh dengan tawa keempat remaja itu, bahkan Syana pun lantas ikut tertawa.

Begitu menyenangkan.

...

Suara drum yang dimainkan Ziano saling bersahutan di ruang musik itu.

"Besok acaranya kan?" Tanya Kenzo.
Kelima pria itu meraih botol minum masing-masing.

"Iya, mengcapek bangett dah," keluh Bian dramatis.

"Bacot banget sih Lo!" Ucap Jenio tak suka.

Entah karena apa, hanya dua orang itu yang sering tak akur di ruangan ini.

"Lo tuh kenapa sih? Ngefans ama gue sampe caper gitu?" Seru Bian songong.

Ziano lantas melempar stik drum-nya ke arah Bian. Yang beruntungnya Bian cepat tanggap.

"Ya allah, kamu berdosa banget! Sama your bestie aja jahat banget," seru Bian lalu menggeser tubuhnya mepet ke arah Yugi.

Mereka pun tertawa karena guyonan receh Bian kecuali Jenio tentunya.

"Kalo diliat-liat Bian cocok ya ama Syana, sepupunya Ziano," tutur Kenzo.

"Nggak!" Bukan Ziano tapi Jenio Mahendra.

Ziano lantas melirik Jenio begitupun yang lainnya.

"Perasaan yang sepupunya Nana tuh Ziano deh. Kok situ sewot?" Kompor Bian.

"Sok akrab banget sih Lo?! Gaya-gayaan manggil-manggil Nana!" ketus Jenio.

Ingin rasanya ia memukul kepala Bian hingga menghantam dinding. Tapi, sayangnya ia masih takut berurusan dengan ruangan konseling.

DASIA | LENGKAPTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang