09|Crazy Girl

226 131 13
                                    

Di saat kamu rapuh dan di saat itu juga kata pura-pura datang. Pura-pura tegar, pura-pura dewasa, pura-pura bahagia dan pura-pura terlihat baik-baik saja.

🌵

Dasia sengaja menabrak siapa saja yang melewatinya hanya untuk sekedar memarahinya atas dasar kesalahan yang ia buat.

Terbilang gila memang tapi Dasia ingin melihat semua orang merasakan kekesalan yang sama sepertinya.

"Bego Lo! Mata tarok di dengkul!" Ketusnya.

Orang yang kesekian kalinya Dasia tabrak hanya menghela nafas berat, menghadapi manusia sejenis Dasia pasti tak kan ada habisnya.

'Algar'

Nama itu yang sekarang tertera di layar ponselnya. Dasia berdecak, nama Algar saat ini begitu berpengaruh sehingga rasanya Dasia ingin membanting handphone-nya.

Tiba-tiba saja tubuh Dasia terdorong entah angin sekencang apa yang menghempasnya macam itu.

"Awwss.." ringisnya sambil menahan kakinya yang terkilir karena ia tengah mengenakan high heels.

"Kenapa sih Lo jadi cewek gila banget! Seenggaknya kalo mau mati nggak usah libatin orang lain untuk bantu Lo mati!" Kesal pria yang tadi mendorong tubuh Dasia cukup keras.

Karena suara klakson mobil semua orang yang sudah berbunyi memekakkan telinga, membuat Ziano terpaksa harus mendorong tubuh Dasia agar tak dihantam mobil yang sudah kesal dengan tindakan gila gadis ini. Yang malah nampak biasa saja.

"Dih siapa juga yang mau mati? Masa muda gue masih panjang," tutur Dasia tak terima.

"Terserah! Tapi please kegilaan Lo ini gak usah ngelibatin orang lain. Gak sadar Lo banyak orang yang ngumpat karena kegilaan Lo ini?" ucap Ziano lalu membersihkan sisa debu yang melekat dikaosnya.

Dasia menatap kesal pada Ziano, jujur saja tadi pun ia tak tahu jika situasi akan serumit itu hanya karena ia tengah kesal dan tidak benar-benar memperhatikan jalan.

"Eh? Bantuin gue?" Teriak Dasia saat menatap punggung Ziano yang ingin meninggalkannya.

Ziano menoleh lalu memutar bola matanya jengah dan langsung melepas jaket denimnya lalu melempar ke arah Dasia.

"Tutupin paha Lo! Nggak usah pamer! Punya tubuh tepos aja bangga Lo!" Gertak Ziano lalu meninggalkan Dasia begitu saja.

Dasia membulatkan bibirnya tak percaya saja, tepos katanya? Gila saja! Seumur-umur tidak pernah ada orang yang berani membahas soal tubuhnya.

Dasia menyeret paksa jaket Ziano lalu menutupi pahanya dan meraih handphone-nya untuk menelpon seseorang.

Dan tidak lupa juga tetap menyumpah serapahi pria yang beberapa hari ini, entah kenapa selalu berada di sekitarnya itu.

...

"Awwss Al! Sakit!" Keluh Dasia karena Algar yang mengurut kakinya terlalu keras, dan tak lupa pula ia memukul bahu pria itu, untuk menyalurkan rasa sakitnya.

"Lo juga sih! Ngapain aja sih sampe mata nggak digunain? Gini kan jadinya. Kalo udah begini kesakitan Lo!" Omel Algar yang jelas saja khawatir dengan keadaan gadis yang ia sayangi ini.

"Bawel Lo!"

Algar lantas menekan kaki Dasia yang membengkak agar gadis itu diam.

"AL!!"

"Makanya diem Cia! daritadi ngomong muluk dah."

Akhirnya Dasia berhenti berbicara, dan menunggu sampai Algar selesai mengurut kakinya yang mungkin terkilir.

DASIA | LENGKAPTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang