19|Semua Punya Alasan

166 95 6
                                    


Tidak ada satu orang pun yang sempurna, jika semuanya sempurna kata remeh pun mungkin akan musnah.

🌵


"Bu Saya mau satu kelompok sama Abel, Athiya aja Bu," suara protesan itu membuat semua pandangan terpusat pada Ana.

"Sudah-sudah, keputusan Ibu sudah bulat. Ana kamu kan pintar, dengan Dasia yang masuk ke kelompok kamu berarti kamu bisa membantu dia agar bisa lebih baik," tutur guru tersebut menjelaskan.

"Gak bisa gitu dong Bu," protesnya.

"Berarti dia emang gak mau bikin, di hukum aja Bu," kompor Dasia.

"Diem lo!"

Kembali hendak membujuk, tapi dihentikan oleh suara Bu Ritha.

"Ini cuma kelompok belajar Ana, jangan berlebihan!" setelah itu Bu Ritha langsung keluar kelas tanpa memperdulikan panggilan Ana.

Ana lantas mendelik sebal pada kedua temannya, yang tak berniat membantu sama sekali. Menyebalkan!

"Lo mau bikin apa nggak?! Tapi kalo nggak mau juga syukur deh," ucap Ana sinis menatap Dasia yang sedari tadi biasa saja.

"Nggak!" Bukan suara Dasia tapi Algara lah.

Ana lantas terdiam, akhir-akhir ini Algar lumayan berubah tidak sering bercanda lagi. Jadi membuat aura laki-laki itu sedikit seram.

Dasia menoleh pada Algar.

"Dia nanya ama gue bukan Lo!" Bantah Dasia.

"Lo mana mau sih bikin begituan?" Cecar Algar.

"Mau! Kenapa nggak?" Sahut Dasia.

Ana terdiam, sepasang kekasih itu malah ribut. Sialan! Ditambah lagi Dasia yang malah mau membuat tugas itu adalah hal luar biasa. Double shit!

Dasia yang tak pernah mau membuat tugas tiba-tiba mengiyakan.

"Cia? Bikin tugas tuh repot! Lo harus nulis, ngebaca, bikin materi. Iya kalo bener kalo nggak? Nggak dah nilai Lo! Mending kasih ke mereka, dijamin beres. Tangan cantik Lo nggak perlu pegel-pegel nulis," ucap Algar mempropokasi.

Dalam hati Ana menyetujui saran dari Algara. Pasalnya ia malas kembali ribut dengan gadis gila ini. Kalau bukan karena guru yang memerintahnya untuk menyuruh Dasia membantu membuat tugas kelompok ini.

Mana mau ia repot-repot menawarkan pekerjaan sekolah ini pada gadis kasar itu.

"Punya hak apa Lo ngelarang gue sialan!" Bentak Dasia.

"Emang Lo mau?" Tanya Algara.

"Iya, kenapa? Kan asik jadi mandor," ucap Dasia lantas dengan kebiasaannya ia tersenyum miring.

"LO?!" Ana sudah kesal.

"Loh bukannya Lo emang diperintahin begitu kan sama tuh guru?"

"Gila lo?!"

"Yes, I'm crazy girl haha."

Ana mendesis kesal. Skandal lagi! lantas melirik teman sekelompoknya yang lain, yang kini tengah meringis. Ia sudah menebaknya, pasti mereka akan mencari alasan agar tidak satu kelompok dengan gadis gila ini.

Karena tahu Dasia tetap gadis kasar itu.
Algara lantas geleng-geleng.

"Masih tetep jadi iblis cantik ya?" Puji Algar terdengar menyindir. Namun Dasia acuh saja, toh itu kebiasaan Algar.

DASIA | LENGKAPTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang