29|Festival

150 84 2
                                    


Hari ini seperti hujan panas, sedikit namun mampu membuat sakit.

🌵

"Oke, maaf ya Ibu kumpulin kalian semua di sini. Karena Ibu akan membahas perihal festival musik tahunan yang akan diselenggarakan sebentar lagi. Dan untuk itu, Ibu minta kerja samanya?" Ucap Kinan mengawali ucapannya.

Salah satu siswa mengacungkan jarinya.
Semuanya menoleh ke arah pria itu, tak terkecuali Dasia sendiri.

"Maaf Bu kita minggu depan ada tanding futsal, jadi full latihan nggak bisa ikut festival Bu," jelasnya.

Kinan nampak menghela nafas gusar.

"Minggu depan ya?" Ulangnya memastikan.

Nampak menimang, strategi apa yang harus ia ganti.

"Iya Bu, soalnya bulan kemarin diundur," jelas pria itu lagi.

"Kita? Berarti banyak dong?" Tanya Gina yang malah penasaran.

Semakin banyak yang berkurang kemungkinan besar semakin surut yang akan mengikuti. Yang artinya kemungkinan besar festival ini terpaksa tak terlaksana.

Dan yang menguntungkan Gina tak perlu menjadi tim dari Dasia. Gina harap itu benar.

"Kita anggota band, kalau salah satu anggota yang kurang pun itu juga ngaruh banget buat tampil. Dan kemungkinan besar akan kacau," tutur pria itu.

Kinan mengangguk setuju.

"Berapa orang yang nggak bisa?" Tanya Kinan.

Pria tadi menoleh ke arah teman-temannya.

"3 orang anak futsal Bu" sahut pria itu.

"Jadi sisanya tinggal 2 dong?" Tanya salah seorang yang menyahuti.

Dasia tersenyum miring, semua manusia ini berlomba-lomba menghindar darinya ternyata. Ia tahu, mereka yang ada di sini pasti takut berurusan dengannya. Apalagi jika tahu nama mereka.

Mungkin ada sebagian yang menyukainya dan ada juga yang tidak menyukainya. Namun dilihat di ruangan ini, semuanya tampak menghindari dirinya. Atau lebih tepatnya takut berurusan dengannya.

"Yaudah kalo emang banyak yang--" ucapan Kinan terhenti bersamaan dengan semangat Gina yang semulanya sudah mengudara.

"Temen Saya bisa main musik Bu?" Salah seorang pria menunjuk mengutarakan ucapannya yang berhasil melunturkan semangat Gina.

Dasia semakin senang melihat raut murid-murid Genthala yang nampak tengah mengutuk pria si pengaju usulan tadi.

"Beneran?" Tanya Kinan bersemangat.

"Iya Bu, saya sama Veron sama-sama anak futsal. Dan dua temen kita juga jago main alat musik Bu. Kurang satu orang lagi," ucap pria itu.

"Oke terima kasih Tion," ucap Kinan bersemangat.

"Satu lagi siapa Bu?" Tanya seorang sisiwi yang Dasia asumsikan sebagai seniornya.

"Ada yang tahu siapa nama temennya Algara?" Tanya Kinan.

Sontak semua yang ada di ruangan itu menoleh ke arah Dasia. Menyebalkan memang! Kenapa pula Guru muda itu harus memasukan nama Algar.

Dasia lantas berdecak dalam hati. Kinan pun nampak bingung.

"Jenio Mahendra," jawab Dasia.

"Jenio Mahendra," jawab Dasia

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
DASIA | LENGKAPTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang