Dua Puluh Satu

120K 15.4K 1.5K
                                        

Sehari sebelumnya,

Setelah memasuki kamar, Floren mengusap air matanya kasar. Dia menatap dingin pantulan kaca dirinya sendiri, merasakan perasaan tidak adil menggeranyapi hatinya.

Giginya bergemelatuk karena amarah. Tadi Devano tidak mengatakan apa-apa setelah keluar dari ruangan Papanya. Dari situ Floren tau bahwa Devano akan menjaga jarak darinya.

Floren tidak senang akan hal itu. Maka, sekarang dia akan membalas Araya menggunakan orang-orang yang memihaknya. Floren membuka ponsel, lalu mencari grub kelas khusus perempuan tanpa adanya kehadiran Araya di sana.

Lipa:

Send a picture

| mereka pacaran?
| bukannya dia masih suka Devano?

Eka:
| hoax ga nih?
| gue ga mau ya kemakan berita hoax

Lipa:
| lo inget ga waktu tanding basket?

Eka:
| bisa aja si Niko yang naksir Araya

Floren mendecih kecewa membaca pesan terakhir Eka, dia masih setia menatap layar ponselnya menunggu pesan dari Lipa yang masih saja mengetik.

Lipa:
| ga mungkin orang 'kaya Araya di sukai,
| masa lo lupa sama kelakuannya selama ini
| perempuan ga tau malu

Senyuman Floren merekah, dia senang melihat ujaran kebencian dari Lipa. Dan selanjutnya semakin banyak lagi ujaran kebencian di tujukan untuk Araya. Sehingga Floren akan menambahkan sedikit saja bubuk pedas di dalamnya.

Anda:
Araya baik kok, |
tadi dia belain aku waktu di rumah Devano |

Diah:
| mustahil, lo itu orang paling du benci Araya

Lipa:
| Araya ngapain ke rumah Devano?
| caper lagi?

Eka:
| Lip, jangan manas-manasin.

Anda:
loh, |
bukannya Araya deket sama keluarga Devano? |
soalnya dia juga bantu masak |
makan malam juga di sana

Lipa:
| setau gue dia ga pernah ngunjungi rumah Devano

Caca:
| mengcaper detected

Lipa:
| pacar orang tetep aja di caperin

Abel:
| lonte terdeteksi haha

Diah:
| parah hahaha,
| ganggu dia yuk?
| lagian ga bakal ada yang bela juga

Lipa:
| gas kuy
| kalian gimana? Ikut?

Caca:
| Abel sama gue ikut aja
| btw gangguinnya gimana?

Lipa:
| kalian bawa aja sampah, spidol permanen

Eka:
| gue ga ikut-ikut,
| mau ada yang bela atau engga sekalipun,
  Araya ga bakalan bisa di jatuhin

Diah:
| apa yang lo takutin coba, cupu

Floren mematikan layar ponselnya, dia tersenyum cerah menatap ke depan. Menambahkan sedikit bumbu saja berakibat seperti ini, Floren menutup mulutnya dengan tangan, meredam suara tawanya. Walau dia sendirian di rumah tapi tetap saja dia harus menjaga kelakuannya, jika tidak nanti para pembantu rumah tangga mereka akan mengadu pada kedua orang tuanya.

Hei, Araya! [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang