Empat Puluh Tiga

65.8K 9.3K 1.2K
                                    

Araya menggeram kesal, "Kita mau ciuman? Kenapa? Ganggu banget lo." Cibirnya malas.

"A--apa?"

Niko masih diam, meruntuki ucapan Araya yang berhasil membuatnya jantungan. Apa-apaan, ciuman? Bisa kena serangan jantung dirinya.

Araya berbalik, merapatkan tubuhnya ke arah Niko---tangannya mengalung ke leher pria itu membuatnya sedikit berjinjit guna mencapai tinggi tubuhnya sontak saja Niko menahan pinggang Araya dengan cara memeluk cewek itu.

Mata Floren semakin melebar, Dena atau pun Jia lantas menutup bibirnya syok. Saling pandang satu sama lain.

Tangan Floren mengepal, menatap benci pada Araya yang sekarang mendekatkan wajahnya ke arah Niko. Dia iri!

"Araya dosa! Allah marah, jangan berbuat zina!" Bentak Floren, matanya memerah karena marah.

Araya menghiraukan, ia bermaksud ingin menggertak saja tetapi Niko semakin memajukan wajah dan menempelkan bibirnya tepat di sudut bibir Araya.

Cuppp

Otomatis mata cewek itu membulat sempurna.

Kaget plus panik.

Floren? Jangan di tanya, anak itu sudah hampir mengeluarkan bola matanya. Menjauhkan wajahnya dari Araya, jempol Niko mengelap bawah bibir perempuan itu sensual, pelan dan menggoda.

"Strowberry, sukaa..."

Kembali memeluk pinggang Araya erat, Niko meletakkan kepala ke atas pundak perempuan yang masih terserang rasa syok itu, belum lagi jantungnya berdegup kencang seperti sedang lari marathon.

Deg deg deg deg

Senyum Niko terbit, merasakan degupan jantung Araya.

Mereka berdua sama-sama menikmati mendengarkan suara degupan jantung masing-masing; menghiraukan orang yang berada di sekelilingnya. Intinya mah dunia milik berdua yang lain ngontrak.

"Love you hehehe."

Pipi Araya sudah bewarna merah tomat, alhasil ia semakin menyembunyikan wajahnya dan mengumpat sialan berkali-kali. Niko laki-laki kurang ajar, berani-beraninya dia memporak porandakan hati seorang perempuan semester akhir sepertinya.

Menepuk nepuk punggung Araya lembut---Niko menggendong depan Araya seperti koala kemudian membawanya keluar dari rumah menuju mobilnya.

Niko tidak membuka pintu penumpang melainkan pintu pengemudi sambil terus menggendong Araya.

Dan sudah di pastikan bagaimana posisi mereka saat ini bukan?

Posisi ambigu.

Araya mendongak, semakin malu akan posisi tersebut; hendak bergerak pindah ke sebelah tetapi Niko sudah terlebih dahulu menarik tengkuk Araya.

Kali ini....

Bukan sudut bibir lagi,

Melainkan bibirnya langsung Niko tempelkan, perlahan melumatnya pelan karena tak merasa penolakan dari Araya.

Sialnya lagi,

Araya membalas perlahan dan sedikit kaku.

Niko? Ingin mengubur dirinya di sungai saja. Pertama kali ia merasakan perasaan bahagia membuncah seperti sekarang, perempuan di atas pangkuannya---menciumnya, luar biasa. Jika Viano tau maka habis sudah.

Tangan Niko menarik Araya semakin mendekat masih terus melumat bibir lembut Araya, mengecapnya dengan penuh cinta, sebelah tangan pemuda itu kini mengelus punggungnya sensual, naik turun secara perlahan.

Hei, Araya! [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang