Sebelas

145K 19K 1.2K
                                        

'Pembohong'

Araya mengerenyit dahi, halaman pertama yang dia buka sudah menunjukkan kata-kata ambigu. Sebenarnya ada apa semua ini.

'Kalian semua hama menjijikkan.'

Kalian....

Araya terdiam, memikirkan siapa kalian yang Araya 'asli' maksudkan. Dia membalikkan halaman sekali lagi.

'Floren... lo bener-bener bajingan ga tau diri! Brengsek."

Sesaat tubuh Araya serasa tertarik ke dalam suatu pusaran aneh; menyebabkan dia kehilangan kesadaran saat itu juga.

Tubuhnya berputar menyakitkan, Araya merasakan sakit kepala hebat menerjang, seluruh tubuhnya sakit. Araya memperhatikan tubuhnya sendiri dan membelak, dia menghampiri kaca tergesa-gesa----menatap pantulan dirinya. Air mata bercucuran, darah merembes menembus kain yang menutup tubuhnya. A---apa ini!

Pengaturan novel tidak seperti ini!

Pantulan Araya bergerak sendiri, membuat Araya menatap takut dan terkejut, di sana pantulannya tersenyum sedih.

"Rana...ini keadaan gue...."

Kata pantulan kaca tersebut, tubuh dan wajah Rana, bukan tubuh Araya. Dia menatap tubuhnya penuh kerinduan merasa kembali seperti dia hidup saat menjadi Rana seutuhnya. Dia kembali menatap kaca, "A--araya, apa yang terjadi sama lo?"

".....mereka brengsek...hiks...gue----dilecehkan."

"A--apa?"

Tubuh Araya dari kaca sedikit demi sedikit memudar, namun sebelum menghilang seutuhnya; dia tersenyum lembut. "....hancurkan mereka, tolong."

Lalu tubuh Araya dari pantulan kaca menghilang seutuhnya dan tiba-tiba cahaya terang melingkupi tubuh Rana secepat kilat. Kilasan memori Araya memasuki otaknya, menerjang tanpa ampun membuat Rana menjerit histeris karena rasa sakit yang dia alami.

Belum lagi, potongan-potongan ingatan Araya sangat timbal balik dengan deskripsi novel. Sangat berbeda!

-o0o-

"Araya, kamu nurutkan?" Arum berkata manis namun tangannya menekan bahu Araya keras----kuku panjangnya seakan menusuk kulit Araya. Rasa sakit menjalar, namun...rasa ketakutan lebih kuat dari pada sakit di bahunya.

"I--iya Bun..." suara Araya bergetar.

Arum tersenyum cerah, memberikan pelukan kepada putrinya, bukan pelukan hangat melainkan pelukan menjijikan di mana rasanya tubuh Araya terkena kotoran dari segala sisi. "Nanti kamu harus dorong Floren ke kolam renang, baik?"

Araya terdiam sembari meremas dress biru selutut yang dia kenakan, ketediaman Araya membuat Arum kesal; lantas dia meletakkan tangannya dan membuat Araya mengangguk kencang.

"Bagus, Bunda bangga sama kamu."

Selepas melakukan pelecehan itu, Arum keluar dari kamar Araya dengan ringan. Tanpa menoleh lagi kepada Araya----cewek itu menutup mulutnya rapat, menahan isak tangis atau jika tidak maka Arum akan melakukan hal lebih dari ini.
~~~
Regan mencium kening Araya, dia tersenyum sendu dan membelai kepala anak perempuan itu.

Hei, Araya! [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang