Lima Puluh

62.3K 8.6K 2.7K
                                    

Tadi cuman prank wkwk, up permanen kok ini haha, minggu ini aku udah up 3 chapter yaaa 0_o

-o0o-

Pagi hari cerah ini, Floren tersenyum lebar. Akhirnya ia akan di kenal sebagai Floren Novalinda Kesuma, orang-orang akan hormat padanya ketika tau marga apa yang ia sandang.

Ekspetasi tak sesuai realita, hal pertama yang terlintas di otak Floren sebab ketika ia baru saja turun dari tangga, ia sudah di sungguhi oleh pertengkaran kedua orang tuanya. Mereka saling menyalahkan, Floren juga melihat bahwa Arum menangis tersedu-sedu sambil terus menyalahkan nama Arun, entah siapa itu; Floren tidak kenal.

Regan, Ayahnya melirik sejenak kemudian meninggalkan rumah. Floren terenyuh, entah mengapa dia sakit hati. Ekspetasinya adalah mereka akan menghujani dirinya dengan penuh cinta.

Tidak seharusnya dia mendapat penghinaan seperti ini, apakah Regan membencinya karena dia adalah anak kandung pria itu? Apa sesayang itukah Regan kepada Araya?

Floren kurang apa? Dia pintar, dia juga cantik, dia baik kepada orang dan tak pernah berkata kasar seperti Araya tapi mengapa seakan Ayahnya lebih menyayangi Araya?

Arga sendiri melengos pergi membiarkan Arum menangis di meja makan sendirian, dia menghiraukan sarapan yang sudah Bundanya masak. Arga marah kepada Arum, bagaimana ia bisa memperlakukan Araya seperti itu?

Padahal Arga ingin memperbaiki kelakuannya karena Araya.

Melirik sinis kepada Floren, Arga jadi paham mengapa dulu Araya sangat membenci perempuan itu, di mana ada dia pasti akan ada masalah. Sebelum Floren hadir, keluarga serta hubungannya dan Araya berjalan lancar, selayaknya Kakak Adik goals, mereka jarang bertengkar karena selalu di antaranya akan mengalah secara bergantian.

Ketika kehadiran Floren muncul saat kelas XI semester satu, semua kekacauan terjadi.

Araya mulai tercap buruk, Devano dan dirinya ikut menghindari Araya bahkan mereka tak segan-segan menghina, mengacuhkan, memaki bahkan memukul Araya.

Kembali pada Floren, matanya menjadi sinis melihat keadaan kacau Arum. Memilih untuk pergi tanpa berpamitan, Floren menyusul Arga namun sayangnya saudara kembar perempuan itu sudah tak terlihat lagi.

"Sial," desis Floren kesal.

Alhasil sekarang dia menaiki taksi untuk menuju ke sekolah. Berharap ketika berada di sana akan mendapat sanjungan, tetapi lagi-lagi ia di hancurkan oleh ketinggian ekspetasinya.

Para murid menatap ke arahanya sinis serta jijik, saling berbisik satu sama lain. Di parkiran juga terlihat Arga panik membuka ponselnya, kemudian pemuda itu menatap Floren sejenak lalu mengernyit.

Araya kebetulan juga baru tiba bersama Bela berjalan beriringan, melihat kericuhan sontak kedua perempuan itu membuka ponselnya.

"Woah, siapa 'tuh..." kekeh Bela, cewek itu tertawa.

Terdapat beberapa foto tersebar di grub angkatan mereka, di mana ada seorang gadis sedang duduk di atas pangkuan seorang pria. Wajah si pria tampak sengaja di blur tapi tidak dengan su gadis, wajahnya jelas terlihat. Araya tersenyum tipis, matanya melihat ke belakang di mana Floren berdiri kaku memandang ponsel.

"Polos-polos jalang lo ya!" Kata Kakak kelas mereka. Araya menoleh, si Kakak kelas tersenyum melihat Araya menganggukkan kepala.

"Udah berapa kali kena unboxing?" Tanya salah satu dari mereka.

"Aww aww ku kira cupu, ternyata....suhu!"

"Haha suhu dalam perlontean ygy,"

Sahut sahutan penghinaan terdengar. Araya dan Bela mengedik, mereka memasuki koridor tanpa peduli keadaan Floren.

Hei, Araya! [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang