Sehabis acara main yang langsung di hentikan mendadak tersebut, Bela langsung menjadi bahan interogasi sebab pernyataannya tadi.
"Lo beneran sama si julid?" Tanya Araya sedikit heran, bukannya mereka berdua selalu berantem setiap bertemu?
Eka mengangguki, "Kok bisa? Kapan jadiannya?"
"Tipe lo bukannya yang soft boy 'kaya Jefri?"
"Saka julid, berisik, kok Bela mau?"
Bela melempari ke dua sahabatnya menggunakan jaket, "Diam lo berdua!"
Tak menghiraukan, Araya melemparkan balik jaket tersebut, "Jawab aja setan, gimana bisa seorang Bela pacaran tanpa mau cerita gini?"
"Tau 'tuh, bikin jantungan aja."
"Ihh berisik, gue injek juga lama-lama."
"Jawab aja anjir, banyak bacot."
Bela mendengus kasar, "Kita ga ada hubungan apa-apa, tadi gue cuman refleks aja biar anak binatang tadi ga ngajak gue pacaran."
Araya mendekatkan diri pada Bela, tangannya terangkat kemudian memukul punggungnya sampai berbunyi, sontak saja Bela beteriak kesakitan, "Sakit anjing!"
"Emang ga guna berharap sama lo, cih."
"Loh? Salah gue apa anjir?"
Eka menggeleng, sudah tak heran lagi, membiasakan diri dengan kelakuan kedua temannya itu membuat Eka sadar bahwa ia harus mewajarkan segalanya.
-o0o-
Akhirnya....
Hari yang Araya tunggu-tunggu....
Waktunya pulang!
Selama perjalanan dari Bandung menuju Jakarta, Araya banyak menghabiskan untuk tidur, dan sekarang ia baru membuka matanya sebab Niko menyuruhnya untuk menaiki mobil pria itu.
Araya menurut saja, tadi dia juga sudah mengabari Viano untuk tak menjemputnya sebab Niko menawarkan diri untuk mengantarnya, tentu saja Araya menerima dari pada menunggu Viano menjemputnya.
Araya meletakkan kepalanya ke sisi jendela mobil, kembali memejamkan mata, Niko melirik sebentar sebelum tangannya menggapai jemari Araya untuk ia genggam, sebuah senyuman terukir indah dari bibirnya.
Mobil berjalan dalam keheningan, baik Araya atau Niko; memilih diam. Entah karena kelelahan yang melanda tubuh mereka, langit juga sudah sedikit menggelap, ketika lampu merah berubah menjadi hijau---Niko menancapkan gas lagi berjalan menuju rumah kekasihnya.
Namun aneh, rasanya jantung Niko berdetak kencang, ia sedikit merasa khawatir dan panik dalam satu waktu, "Araya, bisa bangun sebentar?" Niko membangunkan Araya.
Ketika cewek itu membuka matanya, dia menatap Niko heran padahal Araya masih sangat mengantuk, "Ada apa?"
"Perasaan aku aja atau memang jalanan yang kita lewati lebih sepi?"
Araya melihat kiri kanan, benar saja, jalanan memang lebih sepi padahal jam belum menunjukkan tengah malam, bahkan ini baru memasuki jam delapan, aneh sekali.
"Mau gantian bawa mobilnya?" Usul Araya, tentu saja Niko menolaknya, dia masih sanggup kok, tetapi kaki Niko semakin menginjak pedal gas. Ingin cepat-cepat sampai.
Araya menarik tangan Niko, mengelusnya perlahan, "Tenang, kita ga akan kenapa-kenapa Niko."
Mendengar perkataan Araya membuat perasaan Niko tenang serta menghangat, ia memberikan senyum manis kepada kekasihnya itu.

KAMU SEDANG MEMBACA
Hei, Araya! [End]
Novela JuvenilYang engga vote, durhaka kalian...masuk neraka jalur vvip🙏 [Chapter lengkap] __________________ Selesai mengerjakan skripsi, Rana merebahkan tubuh di atas kasur sederhananya. Sebelum dia terlelap merehatkan tubuh; Rana menyempatkan diri untuk memba...