Araya dan Bela berjalan berdampingan menuju parkiran, ternyata tanpa Araya ketahui; Bela senantiasa menunggunya tepat di depan kelasnya agar mereka setidaknya bisa berjalan berdampingan.
Bela memeluk lengan Araya seakan tak mau melepaskannya, sedangkan respon Araya hanya mengusap kepala Bela lembut. Di matanya, tingkah Bela sekarang sangat menggemaskan; bagaimana bisa orang selembut ini berteman dengan Araya yang kasar itu.
Mereka sampai di parkiran, terlihat ada satu mobil yang sangat mencolok di antara kendaraan lainnya. Bela menoleh menatap Araya, "Kiw kiw, gebetan baru lagi?" Goda Bela.
Tangan Araya menepuk kening cewek itu pelan seraya menggelengkan kepala, "Ga usah aneh-aneh."
Bibir Bela mencebik, dia melepaskan pelukannya dari tangan Araya, menatap galak sahabatnya itu. Melihat mata melotot Bela--------Araya hanya tertawa pelan. Mereka berdua berjalan mendekat, sampai seseorang membuka pintu mobil dan keluar dari sana, terlihat seorang pria memakai kemeja putih tak lupa kancing teratasnya dia buka dengan sengaja, menunjukkan sedikit bagian dada atasnya terlebih lagi ada beberapa pola tato menghiasi; menambah kesan seksi tersendiri.
Sontak saja pria itu menjadi pusat perhatian terutama para siswi, mereka menatapa pria itu seperti akan memangsanya.
"Ay, gue mau daftar jadi calon Tante lo dong." Atas usulan Bela, Araya kali ini memberikan sentilan tepat di kening cewek itu. "Awsss..." Bela meringis.
"Bener-bener lo ya." Keluh Araya.
Viano melambaikan tangannya ke arah Araya yang di balas senyuman, membuat Viano tersenyum tipis-tipis tetapi memghasilkan kericuhan kecil dengan pekikan dari para gadis. Araya meringis mendengarnya namun tak ayal kakinya langsung berjalan menuju Viano seraya menarik Bela. Sesampainya di sana, Viano mengusap kepala Araya lembut; lagi dan lagi karena perlakuannya kepada Araya, para siswi yang menonton berteriak kegirangan.
Bela mendelik, telinganya bisa-bisa jadi rusak karena orang-orang ganjen itu. Dia melirik Viano sejenak, memperhatikan wajah bahagia pria itu; Bela juga mengalihkan perhatian ke wajah tersenyum Araya, semakin lama dia melihat, semakin mirip dua orang tersebut.
Bela juga terhibur ketika melihat jiwa Rana sudah berbaur dengan mudah, dia sangat pandai menyatukan dirinya dengan lingkungan di sini. Bela sendiri salut, tapi....ada kalanya juga ia merasa tak enak hati kepada pemilik asli dari tubuh yang Rana tempati. Mau bagaimanapun, dia ikut mengulang kehidupan namun tiba-tiba saja ia harus mati tanpa sebab, Bela jadi ingin menanyakan tentang jiwa asli Araya pada Aska.
"Belbel di jemput atau engga?"
Araya bertanya sambil menggoyangkan lengan Bela--------membuyarkan pikiran perempuan itu.
"A--ahh...Bentar lagi Bokap jemput kok." Jawabnya.
Mengalihkan pandangan, Araya menatap Viano sejenak, "Om kita tungguin Bela di jemput ya?" Pinta Araya.
Viano mengangguk singkat, mana bisa ia menolak permintaan dari anak cantik itu. Viano jadi teringat almarhum istrinya, Arun. Mereka sangat mirip.
Bagaimana bisa dia memiliki anak secantik ini, Viano takut anaknya akan ketakutan ketika mengetahui segelap apa dunianya selama ini, rasa bersalah menghantui Viano, apakah Arun akan memaafkannya jika putri mereka melarikan diri karena takut padanya?

KAMU SEDANG MEMBACA
Hei, Araya! [End]
Teen FictionYang engga vote, durhaka kalian...masuk neraka jalur vvip🙏 [Chapter lengkap] __________________ Selesai mengerjakan skripsi, Rana merebahkan tubuh di atas kasur sederhananya. Sebelum dia terlelap merehatkan tubuh; Rana menyempatkan diri untuk memba...