Sepertinya saat bersenang-senang sudah selesai, sekarang waktunya Araya untuk menyelesaikan urusannya dengan orang-orang brengsek di rumah ini. Tadi ketika dia baru saja sampai rumah, Araya dapat melihat mobil Regan terparkir di halaman rumah.
Sesudah melambaikan tangan kepada Niko tadi, Araya akan mempersiapkan diri untuk kemungkinan terburuk. Firasatnya mengatakan bahwa kedua orang tua itu pulang lebih cepat karena sudah mengetahui segalanya. Hal ini juga memicu Viano untuk mengakui bahwa dia adalah anak kandungnya.
Tanpa Viano beri tahu pun; Araya sudah peka.
"Mati kalian semua," bisiknya.
Niko? Jangan tanya.
Cowok itu sekarang sudah nangkring tak jauh dari posisi rumah Araya, duduk di atas motornya sembari menghisap rokok, dia juga tau bahwa sebentar lagi akan ada kejadian besar melanda keluarga Kesuma.
Nanti saat di tengah-tengah keributan; Niko akan muncul sambil membawa dompet Araya, beralibi saja, Niko khawatir jika kekasihnya di pojokkan oleh sekumpulan lalat di sana. Viano juga sudah berpesan untuk menjaga Araya, bapak satu anak itu sudah mempersiapkan segalanya untuk Araya. Dia juga akan membeberkan ke dunia bahwa anaknya dan satu-satunya pewaris keluarga serta perusahaan masih hidup, bernafas dengan baik di dunia yang sama.
Agar setelah ini orang-orang akan segan kepada Araya dan tidak berani menyinggungnya perihal anak yang di tukar.
Kembali kepada Araya,
Dia sudah berdiri di hadapkan pemandangan luar biasa di depan sana.
Floren memeluk Arum erat berderai air mata, Arga berdiri terpaku serta Regan dengan pandangan kosong. Mereka belum ada yang menyadari kehadirannya di sini. Sakit hati? Oh tentu saja tidak, hati Araya di penuhi dendam melihat orang-orang ini terutama Floren dan Arum.
Manusia sialan itu harus mendapat ganjaran atas perbuatannya.
Terlebih Floren, menelantarkan anak kandungnya sendiri kemudian hidup senang tanpa memikirkan kondisi anak kandungnya. Sampah.
Araya tetap diam, bersedekap dada. Regan tanpa sengaja melihat kehadiran orang lain langsung terfokus, "Araya?" Tanyanya.
Arum mengangkat kepalanya, seketika seluruh perhatian berpusat pada Araya, mereka melihat anak itu dalam artian berbeda. Tak di sangka-sangka Araya tersenyum sinis, "Udah tau ya?" Dia bertanya ringan, cewek itu juga melangkah mendekat lalu duduk di sebrang keluarga bahagia tersebut sembari menyilangkan satu kakinya, "Congrats ya, udah tau siapa anak kandung sebenernya."
"A--apa maksudnya?" Tanya Floren, suaranya bergetar.
Araya menyungingkan senyuman miring, "Selamat jadi orang kaya baru Flo, besok bisa pamer ke seluruh dunia kalau lo anak bungsu yang sengaja di tukar bukan?"
Mengalihkan tatapannya ke arah Arum, "Gimana Tante? Setelah selama ini saya Tante siksa, Tante hina, ternyata bukan anak kandung. Jadi, Flo akan dapat perlakuan serupa 'kan?"
"Kurang adil rasanya kalau cuman saya yang dapat perlakuan begitu," Araya pura-pura cemberut. Memainkan kuku bersihnya, "Sekarang apa? Kalian bakal usir saya dari rumah ini?"
"Araya lo udah tau?" Tanya Arga.
Mengedikkan bahu acuh, Araya tersenyum manis, "Tentu, emang lo ga curiga apa kalau kita bertiga lahir di hari yang sama, dan gue terlalu cantik plus sempurna untuk jadi kembaran lo kalau boleh tau."
"Sayang, Ayah bingung apa arti perkataan kamu tentang Bunda tadi...." Regan sedikit frustasi tentang perkataan Araya jika Arum menyiksanya. "Loh, Om seriusan ga tau? Eh, saya udah bisa panggil Om 'kan?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Hei, Araya! [End]
Dla nastolatkówYang engga vote, durhaka kalian...masuk neraka jalur vvip🙏 [Chapter lengkap] __________________ Selesai mengerjakan skripsi, Rana merebahkan tubuh di atas kasur sederhananya. Sebelum dia terlelap merehatkan tubuh; Rana menyempatkan diri untuk memba...