5. Gak ada pilihan lain

4.1K 333 3
                                    

"Semakin ku kejar, semakin kau jauh, tak pernah letih tuk dapatkanmu,"

Suara fals klaudia menggema di kelas, cewek yang menompang dagunya dengan tangan itu seperti orang tak ada kehidupan, mata menatap lurus kedepan dan pandanganya kosong namun mulut masih sibuk bernyanyi. Klaudia sepertinya sedang galau:)

Nadira yang kebetulan melihat temanya seperti itu mengerutkan keningnya , merasa heran dengan sikap Klaudia, cewek itu mengibas-ngibaskan tangan tepat di hadapan mata Klaudia , "Klaudia?! " Tanya Nadira.

Tidak menjawab.

"KLAUDIA?! " Pekik Nadira heboh, dan benar mata Klaudia yang tadinya menatap lurus sedang menatap Nadira, "kenwhay? " Tanya Klaudia.

"Dih, kamu yang kenapa?" Tanya balik Nadira.

Wajah Klaudia yang tadinya kaget sekarang malah menatap Nadira dengan sorot terluka.

"Dir, Kak Raka ternyata udah punya cewek," Ucap Klaudia dengan muka yang dibuat sesedih mungkin.

"Ahhh, padahal gue udah tandain kak Raka," Klaudia meninju meja meluapkan kekesalan.

Nadira tersentak kaget, "kalau jodoh kamu kak Raka, kak Raka gak akan kemana, " Tutur Nadira bijak menenangkan sahabatnya itu

Klaudia mengangguk, "tau.tapi gak rela," Ucapnya menundukan kepalanya .

Nadira menghembuskan napasnya, "mending kita nyeblak aja yu dikantin," Ajak Nadira ,berharap Klaudia akan menerima ajakanya.

Klaudia mengangkat kepalanya lalu tersenyum, "ahh ayo! Lo mah emang the best, galau-galau gini enaknya makan yang pedes-pedes," Ucap Klaudia antusias.

Nadira tersenyum lucu, lalu beranjak. Mereka berdua pun keluar dari kelas untuk ke kantin.

Di Koridor banyak yang menyapa Nadira dan Klaudia, karena bisa dibilang Nadira dan Klaudia itu ramah kepada seseorang.

Sampai di kantin, Klaudia dan Nadira duduk yang tersedia disana,"KAK, SEBLAK DUA SAMA JUST JERUK 2" teriak Klaudia lantang hingga membuat semua yang ada dikantin menatap meja mereka. Definisi teman malu-maluin.

"Jangan tetiak-teriak juga kali Klau," Ucap Nadira lirih.

Klaudia cengengesan tak jelas, cewek itu mengambil dua lembar tisu dan membersihkan meja, padahal sudah bersih, entah lah itu sudah menjadi kebiasaan Klaudia.

Nadira juga melakukan hal yang sama yaitu membersihkan meja terlebih dahulu.

Tak lama dua seblak dan jus jeruk datang, Nadira mengucapkan terima kasih dan tersenyum.

Klaudia menatap berbinar pada seblaknya, cewek itu menuangkan bubuk cabai dua sendok makan dan mengaduk-aduknya.

Sedangkan Nadira? Ia hanya menuangkan bubuk cabai sesendok saja karena ia belum makan, kasihan lambungnya tertekan.

Nadira dan Klaudia saling menatap lalu tersenyum dan membaca doa sesuai dengan agama masing-masing.

"Amin," Ucap Nadira, lalu memakan seblaknya dengan emm nikmat.

••••

Dilain tempat, Ilham dan teman-temannya sedang berada di warung belakang sekolah.

"Lo yakin Ham?? " Tanya Abijal memastikan.

Ilham mengangguk mantap, "InsyaAllah gue yakin, semoga keputusan gue benar," Ucap Ilham tersenyum tipis.

"Gue percaya sama lo Ham," Abijal menepuk pundak Ilham dua kali.

Ilham mengangguk, ya dia yakin sangat yakin. InsyaAllah.

"Savage!! " Seru Yahya heboh, cowok itu sedang memainkan game online di ponselnya. Welcome to mobile legends.

"Yeah, gue menang savage!! " Yahya berjingkrak kesenangan.

Ilham dan Abijal menatap aneh Yahya, "lo gila? " Celetuk Abijal.

Yahya melotot, "sembarangan," Elaknya.

Ilham menggeleng-gelengkan kepalanya, cowok itu memakan roti kesukaanya.

"Tapi serius, tingkah lo kaya orgil, orang gila," Ucap Abijal tanpa dosa.

•••

Nadira memejamkan matanya sejenak, cewek itu memegang perutnya yang sakit, pasti ini akibat seblak tadi,pikir Nadira.

Wajah Nadira pucat pasi, mungkin Klaudia juga sudah pulang karena tadi Nadira sempat menyuruh sahabatnya itu pulang duluan.

Sedangkan Nadira kini sedang berada di toilet. "Astaghfirullah," Gumam Nadira, keringat mulai bercucuran didahinya,dia seperti ini kalau belum makan langsung memakan yang pedas-pedas.
cewek itu mencoba berjalan meninggalkan toilet.

"Klaudia pasti udah pulang," Monolog Nadira.

Nadira menatap seseorang yang baru saja keluar dari masjid, ia menatap cowok itu, "apa minta anterin pulang aja ya?? " Gumam Nadira dilanda kedilemaan.

Kalau jalan kaki bisa-bisa dia akan pingsan dijalan, dan naik angkutan umum? Uang jajan nya tinggal sisa dua ribu, biasanya Nadira akan membawa uang cadangan ditasnya tapi entah kenapa kali ini tidak.

"Bismilah,gak ada cara lain,"ucap Nadira lalu berjalan mendekati cowok yang berada di depan masjid itu.

Nadira menghela napas, pertama kalinya ia berbicara kepada cowok yang seumuranya, " Em, kak?"panggil Nadira.

Cowok itu menoleh seketika ia mengerutkan keningnya.

"Iya kenapa?"

Demi ikan berenang di sungai sekarang Nadira gugup setengah mati, "emm, kak Ilham mau pulang? " Tanya Nadira polos.

Ya Ilham.

Ilham mengangguk, "iya " Jawab Ilham seadanya.

"Na-nadira boleh nebeng gak kak? " Tanya Nadira, lagi.

Ilham terkejut namun sedetik kemudian ia tersenyum,
" Boleh,"ucap Ilham.

Nadira mengembangkan senyumanya, "makasih kak,"

"Yaudah ayo!"

••••

And ya disinilah Ilham dan Nadira berada, didalam mobil yang berisi kecanggungan, Nadira yang duduk di kursi belakang sedang memejamkan matanya seraya menikmati sensasi sakit diperutnya.

Sedangkan Ilham? Cowok itu sedang fokus menyetir, Ilham memang sering membawa mobil kesekolah. Cowok itu menatap Nadira di pantulan kaca, ia menaikan satu alisnya, 'yang gue tau Nadira gak ngikutin eskul , tapi kenapa mukanya kaya kecapean' batin Ilham.

15 menit akhirnya Ilham sudah sampai di depan gerbang rumah Nadira, "Ra, udah nyampe, "

Nadira membuka matanya, dan menatap sekitar dibalik jendela mobil, ternyata memang benar sudah sampai didepan gerbang rumahnya. "Emm, makasih kak," Ucap Nadira lalu keluar dari mobil.

"Sama-sama,"

Nadira berjalan masuk ke dalam rumahnya, Ilham hanya memperhatikan pergerakan Nadira, "so beautiful,"

Kembali ke Nadira. Sampai di kamar,Nadira meminum obatnya lalu merebahkan dirinya di kasur, "huh, Alhamdulillah," Gumamnya menghela napas.

"Nadira, udah mendingan perutnya sayang?" Tanya Umi Fatimah yang kebetulan lewat didepan kamar Nadira, melihat putrinya sedang rebahan lantas uminya ingin bertanya karena tadi kebetulan Nadira sempat bilang kepadanya kalau dia sakit perut.

Nadira bangkit dan duduk di kasurnya lalu menatap sang umi, "Alhamdulillah mi, udah mendingan,"

Umi Fatimah menghembuskan napasnya lega, "Alhamdulillah, lain kali makan nasi dulu sebelum makan yang pedes-pedes," Ucap Umi Fatimah memperingati.

Nadira mengangangguk dan tersenyum, "Dira mandi dulu ya mi," Pamitnya.

Umi Fatimah pun mengangguk.

ILHAM DAN NADIRA •| ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang