50.Dia tumbuh begitu cepat

1.2K 152 12
                                    

----


"Wal-la.... "

Ilham menghela napasnya. Bapak satu anak itu  sedang mendengarkan Nadira setoran hapalan . Cowok itu membenarkan letak yang salahnya. "Ayo Ra. Masa udah diulang sepuluh kali salah lagi." Ucap Ilham.

Nadira menggaruk kepalanya tak gatal. Ibu satu anak itu. Mencoba mengatur napasnya guna menghilangkan rasa tak percaya dirinya.

Percaya lah dirinya sekarang tak percaya diri, takutnya salah. Gugup setengah mati.

"Walak..... "

Ilham menepuk paha Nadira dengan pelan.
"Ko jadi walak? Walapa~" Ilham mode guru, cowok itu menatap istrinya dengan tajam, namun didalam hati tak tahan wajah menggemas istrinya.

"Daddy. Uma Cakla jangan di pukul." Peringat Cakra yang sedari dari melihat Umanya sedang setoran hapalan.

Ilham menatap putranya yang sedang duduk dengan beralaskan sejadah. "Diem Cakra. Daddy lagi ngebenerin yang salah." Ucap Ilham.

Tangan Ilham mengusap kepala Cakra yang tertutupi peci. Putranya kini sudah berusia 4 tahun. Bayi yang dulu hanya bisa mengucapkan 'da' dan 'ma' kini sekarang sudah lancar berbicara, ehh tidak dia masih cadel, tak bisa menyebut huruf R.

Cakra menatap daddy, bocah itu langsung berdiri dan duduk dipangkuan Umanya. Takut nanti Ilham akan memukul Nadira lagi, padahal Ilham memukul Nadira dengan pelan, mana berani dia memukul Nadira memakai tenaga, ehh bukan memukul si tapi menggeplak.

Ilham menghela napasnya. Sifat posesif Cakra keluar, cowok itu menatap Nadira yang sedang tersenyum kepadanya. "Yaudah, nanti lagi aja storanya. Kita makan aja ya." Ucap Ilham, jujur dirinya juga sangat lapar.

Nadira dan Cakra mengangguk patuh. Cakra yang peka pun berdiri, bocah itu membuka pecinya. Ia juga membuka kokonya lalu mengambil kaus bergambar ultramen dan memakainya.

Nadira juga sama membuka mungkenanya lalu mengambil baju gamis dan kerudung instan. Cewek itu memakainya.

Sedangkan Ilham, cowok itu hanya membuka pecinya saja. Baju koko dan sarung ia biarkan menempel di tubuhnya, dirinya terlalu malas berganti baju.

"Yu kebawah." Ucap Nadira.

-----

"Mau apa? "

"Cakla mau, kentang goleng balado aja. "

Nadira memberikan kentang goreng balado kepada piring Cakra. Bocah itu menatap binar makanan kesukaannya.

Setelah itu Nadira memberikan lauk-pauk untuk Ilham.

Tangan Cakra bersiap memakan kentang itu namun sebuah suara menghentikan aksinya.
"Bentar Cakra. Berdoa dulu." Ucap Ilham.

Cakra menatap Ilham, bocah itu tersenyum lucu. "Hehe iya dad. Cakla lupa." Sahut Cakra.

Nadira duduk seraya menggeleng-gelengkan kepalanya. "Cakra pimpin doa." Titah Ilham, ia hanya ingin mendengar apakah Cakra bisa doa makan.

ILHAM DAN NADIRA •| ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang