6. Melamar

4.4K 333 0
                                    

"Nadira? Gimana jawaban kamu?"

Nadira meremas tangannya gugup, jantungnya berdetak dengan kencang, iya harus jawab apa?

Iya atau tidak?

Nadira mengalihkan tatapanya pada Umi dan Abinya. "Abi setuju-setuju saja, tapi terserah jawaban kamu apa," Ucap Abi Adnan lembut.

Jadi. Tiga belas menit yang lalu Ilham datang sendiri kerumah Nadira dan ingin mengkhibah Nadira, sejujurnya Ilham sudah berbicara pada abi Adnan sejak pertemuan waktu itu, Ilham meminta izin dan ya abi Adnan mengizinkan, dan sekarang Ilham tinggal menerima jawaban Nadira.

Hampir satu tahun memendam perasaan kepada Nadira, dan sekarang mungkin waktu yang tepat, lagi pula ia yakin dengan perasaanya kepada Nadira, InsyaAllah.

Nadira merasa gugup setengah mati, baru kali ini ia dilibatkan dengan dilema, apakah ia harus menerimanya? Tapi dalam hati kecilnya jujur ia menyukai Ilham, karena cara berbicaranya yang lembut dan selalu menghargai perempuan.

Sama dengan Nadira, Ilham pun sama merasa gugup tanganya sudah dingin termasuk juga ujung kakinya, cowok itu menarik napasnya berniat menghilangkan kegugupanya, Ilham berpikir bagai mana kalau Nadira menolaknya?

Potek hati dede.

Oke, Ilham sepertinya harus menerima konsekuensinya, yaitu sakit hati yeah itu juga kalau Nadira menolaknya.

"Na-na--"

Ilham menatap Nadira memohon, jantung cowok itu berdetak dengan kencang, Astaghfirullah kenapa Nadira jadi ngegantungin gini si?

"Na-na-nadira terima lamaran kakak," Ucap Nadira lalu menghembuskan napasnya.

Ilham melotot tak percaya cowok itu menepuk-nepuk pipinya sendiri dengan tanganya, apakah ini mimpi? Kalau ia mimpi bisakah dia tak mau bangun.

Rasanya dia ingin berteriak seperti ini 'YEAH NADIRA BAKAL JADI MILIK GUE!! '

Astaghfirullah Ilham istighfar nak.

"Alhamdulillah," Gumam Ilham menghembuskan napasnya lega.

Abi Adnan dan umi Wira juga mengucapkan syukur, mereka setuju Nadira dengan Ilham karena keberanian Ilham ingin menikahi Nadira, pertama memang abi Adnan sangat terkejut atas pernyataan Ilham ingin menikahi putrinya, namun atas perkataan Ilham yang membuat dirinya yakin kalau putrinya bisa bahagia bersama Ilham, abi Adnan setuju, lagi pula Ilham anak dari sahabatnya.

Abi Adnan menepuk punggung Ilham dua kali, "gugup banget kayanya," Ejek Abi Adnan.

Ilham menatap calon mertuanya seraya tersenyum kaku.

"Alhamdulillah, anak gue mau punya istri,"

Mereka mengalihkan tatapanya, ternyata itu Abinya Ilham yaitu abi Rahman, pria itu tak sendiri dia ditemani oleh sang istri yaitu Umi Wira.

Kedua suami istri itu masuk kedalam rumah Nadira, seharusnya Umi Wira dan Abi Rahman sekarang masih harus berada di Kalimantan karena ada pekerjaan namun setelah putranya mengirimkan pesan yaitu nekat ingin mengkhitbah Nadira. jadi mereka pulang. Padahal Ilham memang sudah meminta izin pada kedua orangtuanya.

"Cia elah yang bentar lagi mau jadi suami," Ucap Abi Rahman menyenggol lengan putranya membuat Ilham mendengus.

Abi Adnan terkekeh, "ternyata kamu masih sama seperti dulu Rahman," Ucap Abi Adnan.

Abi Rahman yang sudah duduk disamping istrinya terkekeh, ia memang mempunyai sikap humoris.

" Jadi gimana? Kapan acara pernikahan akan dilangsungkan?"tanya Abi Rahman tak sabaran. Yaampun pak:)

ILHAM DAN NADIRA •| ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang