11. Ilham ngeselin -2

4.3K 276 1
                                    

Karena senyumu menjadi tujuanku
_______________________________

"Ayo atuh Ra " Ilham terus saja membujuk Nadira setelah supaya mau makan, Nadira masih marah dan Ilham kelimpungan sendiri.

Nadira yang sedang duduk di pinggiran kasur menatap Ilham cemberut dengan bibir maju dan wajah jutek , "kakak nyebelin," Gumam Nadira namun masih didengar oleh Ilham.

"Iya deh nggak lagi, sekarang makan oke," Ilham menyondorkan setesi nasi dan lauk pauk itu tepat di depan mulut Nadira.

"Marahnya nanti dulu , sekarang makan dulu," Lanjut Ilham, biarlah Nadira masih marah kepadanya tapi yang terpenting perut istrinya terisi.

Nadira melihat tesi dan wajah Ilham secara bergantian, dengan terpaksa dia memakan itu dengan raut muka kesal.

Ilham tersenyum, lalu duduk di hadapan Nadira , cowok itu bisa melihat wajah Nadira yang sedang kesal, dengan gemas Ilham mencium pipi Nadira. Khilaf lagi kan.

Nadira terbelalak, mata cewek itu menatap Ilham garang, dirinya kaget woy, "kak?! " Peringat Nadira, bukan apa-apa, pasti sekarang pipinya akan memerah dan dirinya akan malu.

Ilham meringis,"Kelepasan hehe, nih, makan lagi,"ucap Ilham menyuapi Nadira lagi, setelah itu Ilham bernafas lega.bersyukur telinganya sekarang aman.

"Kakak kalau mau nyium Nadira tuh izin dulu," Ucap Nadira seraya meminum air putih yang sempat Ilham ambil di meja.

Ilham menaikan satu alisnya,lah dia suaminya kenapa harus izin? "Aku kan sua---"

"--iya tau, masalahnya, kalau kakak cium Nadira tanpa izin, Nadira langsung serangan jantung, " Ucap Nadira polos.

Ilham terkekeh geli, "gitu, yaudah nanti aku izin," Sahut Ilham, Membersihkan noda bumbu balado yang berada di sudut bibir Nadira, "makanya yang bener cantik," Lanjut Ilham.

Nadira menerima suapan terakhir, "Kenapa kakak selalu panggil aku cantik? " Merasa heran dengan suaminya yang sering memanggilnya dengan embel-embel Cantik. Misalnya 'apa cantik? '

"Karena kamu cantik, so beautiful," Ucap Ilham lalu menaruh piring yang sudah kosong di meja dan memberikan segelas air putih kepada Nadira.

"Atau kamu gak suka dipanggil cantik? " Ilham menaikan satu alisnya, "yaudah aku panggil kamu sayang aja," Lanjutnya tersenyum manis.

Pipi Nadira merona, beruntung dirinya sudah minum, kalau masih minum bisa dipastikan akan tersedak. Cewek itu menutupi wajahnya dengan kedua tangan karena salting. 'Umi anakmu salting!! '

Ilham menarik tangan Nadira seraya terkekeh geli, "wajah cantiknya jangan ditutup gitu dong," Ucap Ilham semakin gencar menggoda istrinya itu.

Nadira menjauhkan tangan nya dari wajahnya, dengan wajah frustasi dan memerah entah menahan malu,atau marah. "Kak! "

"Apa cantik," Sahut Ilham santai, tak tahu, ucapan itu berdampak buruk bagi kesehatan jantung Nadira.

Nadira, cewek itu rasanya ingin menangis sekarang, jantungnya berdetak dengan kencang, wajahnya yang memerah karena Ilham, belum lagi Ilham yang semakin gancar menggodanya.

"Kak, aku nangis da " Ucap Nadira menggunakan logat Sunda, mata cewek itu sudah memerah sangking malunya. Ada-ada saja.

Ilham kelabakan, matanya melotot, "ehh jangan nangis, sini mau peluk gak?" Tawar Ilham.

Nadira menggeleng, "nggak mau, aku peluk di bear aja," Ucap Nadira masih kesal, cewek itu memeluk boneka beruang berwarna coklat yang tingginya hampir sama denganya.

Ilham menghembuskan napasnya, "padahal masih nyaman di pelukan aku," Ucap Ilham melihat boneka beruang itu, ingin sekali dirinya membuat boneka itu.

"Ihh nggak, si bear kan empuk, jadi masih nyamanan di bear lah,"

"Nyamanan aku, komo akumah bisa elusin kamu sekalian,"

---

Malam hari tiba, Nadira dan Ilham sedang melakukan kegiatan mereka masing-masing.

Setelah melaksanakan shalat isya, Nadira dan Ilham sedang melakukan kegiatan mereka masing-masing, seperti Nadira yang sedang menonton TV, cewek itu menonton kartun BoBoiBoy galaksi , dan Ilham yang sedang fokus dengan laptopnya, dia sedang membuat makalah.

Posisi mereka sedang duduk dikarpet berbulu, mereka duduk berdampingan. Ilham memakai meja belajar kecil untuk menyimpan laptopnya, tangan cowok Itu dengan lihai mengetik.

"Tidur Ra, udah malem," Ucap Ilham yang tersadar sekarang sudah jam 8 malam.

Nadira melirik jam, "baru jam 8 kak, bentar " Ucap Nadira matanya masih fokus.

Ilham menghela napasnya, "udah ayo tidur, " Ajak Ilham menutup laptopnya, lalu menatap Nadira.

"Ihhh bentar kak,lagi seru ini,"

"Nanti juga diulang lagi tu film, liat youtube juga kan bisa,"

"Ihh kak---"

"Nurut sama suami,"

Dengan terpaksa Nadira mematikan TV nya, lalu berebahkan dirinya dikasur.

Ilham beranjak, lalu menyimpan laptopnya ditempat semula, cowok itu ingin mematikan lampu namun terhenti karena perkataan istrinya, "kak, kalau lampunya jangan di matiin bisa gak?" Tanya Nadira.

Ilham menaikan satu alisnya, "kenapa emang?"

Nadira mengigit bibir dalamnya, sebenarnya ia ingin mengatakan bahwa dirinya takut kegelap, cewek itu juga mati-matian menahan rasa takut karena setelah menikah bersama Ilham memang dirinya tak pernah tidur nyenyak karena ketakutan, dirinya tak menyalahkan Ilham, ini salahnya sendiri tak memberi tahu Ilham.

Merasa tak ada jawaban, Ilham mendekati istrinya dan jongkok dipinggiran kasur. "Kenapa hm?" Tanya Ilham seraya mengelus kepala Nadira dengan sayang.

"Jangan digigit, ngomong aja, kenapa?" Tegur Ilham melihat Nadira mengigit bibir dalamnya.

"Itu--em, aku takut kegelap," Ucap Nadira menatap kearah lain.

Ilham terkejut , jadi istrinya takut kegelapan? Kenapa istrinya tak memberitahunya? "Kenapa gak kasih tau aku?" Tanya Ilham dengan nada lembut.

"takutnya kakak gak nyaman tidur lampu menyala,"sahut Nadira.

" Aku suami kamu, kenyamanan kamu, jauh lebih penting,"Tutur Ilham lalu berdiri kembali.

"Sebentar ya, tunggu bentar." Ilham berjalan lalu mematikan lampu.

Suasana menjadi gelap gulita, hanya ada cahaya dari rumah tetangga yang menembus kaca kamar mereka, Nadira meremas seprai dengan kuat, kenapa ia sudah memberi tahu Ilham, tapi Ilham masih mematikan lampunya? Apakah Ilham tak peduli denganya?

Rasa takut mulai menyerang Nadira, keringat mulai bercucuran dari pelipisnya. Nadira tersentak kaget ketika ada yang menariknya kedalam pelukan. "Jangan takut, ini aku," Bisik Ilham mengelus kepala Nadira.

Ilham membawa Nadira ke pelukanya, "kamu gak bakal kenapa-napa, ada aku," Lanjut Ilham.

Nadira menyadarkan kepalanya ke dada bidang suaminya, Nyaman,ya itu lah yang ia rasakan, apalagi usapan lembut Ilham yang membuat dirinya semakin tenang, perlahan tangan yang meremas seprai kini beralih membalas pelukan Ilham lalu mencoba memejamkan matanya.

"Sampe keringetan gini, padahal kita gak main," Ucap Ilham ambigu.

Ilham mencium kening Nadira ketika Nadira sudah mulai tertidur, " Good night cantik, "

Ilham sengaja mematikan lampu setelah tahu Nadira takut kegelapan, tapi itu bukan memperparah ketakutan Nadira, dirinya sengaja ingin Nadira terbiasa. Bukan Ilham egois karena dirinya juga tak bisa tidur dengan lampu menyala, namun ia tak mau istrinya terlalu lama dilanda ketakutan.

Dan mungkin pelukanya akan mengurangi ketakutan Nadira, Ilham mengerti sangat mengerti Nadira.

See, istrinya tertidur nyenyak sekarang hanya dalam hitungan menit.

Lagi-lagi Ilham tersenyum lalu mencium kening Nadira beberapa kali, beruntung sang empu tidur, kalau nggak kupingnya akan jadi sasaran lagi.

ILHAM DAN NADIRA •| ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang