54. Kepergian??

1.6K 186 36
                                    

Aaaa, i'm sorry guys. Tadinya aku mau up malam sabtu tapi malah ketiduran. Terus rencana lagi mau up malam minggu malah nggak ada kuota, buset banyak amat kendala😭😭

Eh btw,

TANDAI TYPO

Antusias kalian bikin aku semangat nulis🔥🔥

Aku suka banget sama antusias kalian dalam nunggu cerita ini.

Tenang setelah cerita ini tamat. Akan ada spin-off I Dan N (judul rahasia)

Maaf kalau part ini tak sesuai ekspektasi...

---


" Uma, ayo main ke taman. Uma kan mau ketemu bang Galen. Ayo Uma, udah seminggu Cakla gak main sama bang Genta" Ucap Cakra, tanganya menarik-narik baju gamisnya.

Nadira menghela napasnya. Wanita itu menatap Ilham yang sedang bermain game.

"Yahh" Panggil Nadira kepada Ilham, wajahnya memelas minta bantuan suaminya.

Ilham menatap Nadira, ia terkekeh. Lucu sekali istrinya itu. Bapak satu anak itu mematikan ponselnya. Ia duduk di dekat Cakra.

"Mau kemana? " Tanya Ilham kepada Cakra.

Cakra menatap Ilham, ia menarik ujung koko putih Ilham. Wajahnya nampak kesal, bibirnya mengerucut. "Mau main sama bang Genta. Tapi sama uma sama daddy. Mau kan? " Pinta Cakra

Ilham menaikan satu alisnya. Tumben sekali anaknya ingin bermain didampingi Uma dan daddy nya. Biasanya bocah itu akan pergi sendiri.

Ilham menatap Nadira yang sedang tersenyum seraya mengangguk. "Yaudah siap-siap ya. Uma sama Dad siap-siap dulu. " Ilham mengelus kepala Cakra.

"YEAY!! MAKASIH DADDY. SAYANG DADDY BANYAK-BANYAK!! "

---

Bocah berusia empat tahun celingak-celinguk menatap sekitar taman mencari temanya. Cakra, ya, bocah itu mencari Genta, biasanya Genta suka duduk di kursi dengan kakinya diayun-ayunkan seperti mbak kun.

Cakra menatap seluruh taman takutnya ada yang ketinggalan dari pandanganya. "Bang Genta mana ya." Gumam Cakra dengan bingung.

Nadira, wanita bercadar hitam dan gamis hitam miliknya, menatap sekitar taman. Matanya menyipit karena tersorot matahari. "Sayang. Bang Genta mana? Ko gak ada-ada? " Tanya Nadira.

"Gak tau Uma. Biasanya ada di sana."

Cakra menunjuk tempat bisanya Genta berada di kursi. Biasanya Genta akan ada disana tapi sekarang.

"Bang Genta sibuk kali. Mungkin gak bakal dateng. " Ucap Ilham menatap taman lalu beralih menatap istrinya. Tanganya mengelus kepala Nadira yang berbalut kerudung.

Cakra mengerucutkan bibirnya sebal. "Nggak mungkinn. Soalnya hali ini kan hali sabtu. Bang Genta kan gak sekolah gak kelja. " Nadira dan Ilham menghela napas mendengarnya.

"Bisa aja ada urusan lain. Jagoan. " Ucap Ilham dengan sabar.

Cakra menatap taman lalu menatap Ilham dan Nadira. " Yaudah ayo kerumah bang Genta! " Seru Cakra.

Ilham dan Nadira saling tatap. Pasutri itu nampak seperti berbicara lewat mata.

Nadira tersenyum. "Emang tau rumah bang Genta? " Tanya Nadira dengan senyuman.

Cakra menggelengkan kepalanya. "Nggak, yang jelas bang Genta tinggal di deket jembatan gede itu uma. Yang deket toko uma. Kan Cakla ketemu bang Genta deket sana." Cakra menjelaskan.

ILHAM DAN NADIRA •| ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang