52. Marah??

1.5K 180 6
                                    

⚠Part ini panjang, awas bosan!!

---
'Den, non Nadira kecelakaan. '

Ilham menegakan badanya ketika mendapatkan pesan dari bi Lastri. Cowok itu beranjak. "Galen. Kamu urus dulu. Istri saya kecelakaan." Ucap Ilham kepada Galen, asistennya.

Galen mengangguk formal. " Siap bos. "

Ilham berjalan dengan tergesa-gesa, cowok itu menatap jam yang berada di pergelangan tanganya. 14:30 WIB.

Ilham kalut, cowok itu bertanya-tanya kenapa Nadira bisa kecelakaan? Apakah istrinya pergi tanpa seizinya? Ahh tak mungkin Nadira pergi tanpa seizinya. Tidak mungkin.

Ilham masuk kedalam mobil dan melajukan mobilnya dengan kecepatan diatas rata-rata.

"Aku harap, kamu gak luka parah."

---

"Ssshh." Nadira berdesis ketika merasakan nyeri di lututnya. Wanita itu menatap kedua lututnya yang luka-luka dan jangan lupa perban yang berada di kepalanya.

Bi Lastri terus setia menemani Nadira. " Non. Non butuh sesuatu? " Tanya Bi Lastri khawatir.

Nadira menggeleng. Ia menatap seisi kamarnya. Tunggu, kemana putranya ?

"Alzar mana bi? " Tanya Nadira.

Bi Lastri menatap Nadira. "Tadi aden nangis, terus ke kamar. Bibi samperin dia gak mau keluar non. Katanya dia udah bikin uma luka." Bi Lastri menjelaskan kejadian tadi.

Nadira mendorong Cakra hingga membuat bocah itu terdorong ke pinggir yang dipenuhi rerumputan. Namun naas, Nadira yang malah keserempet motor itu.

Brak!!

Nadira tersungkur ke sisi jalan hingga membuat kedua lututnya luka lebar, kepalanya terbentur batu yang memang berada disana, dan telapak tanganya juga terluka gara-gara gesrekan antara kulit dan aspal.

"Argh.. " Nadira meringis memegangi pelipisnya ketika cairan merah kental keluar.

Tangan Nadira memegang pelipisnya. Baju gamis kesayangannya bahkan bolong karena terseret oleh aspal.

Sedangkan si pengendara motor, pengendara itu juga terjatuh, ia melompat dari motor. karena motor yang ditumpanginya rem blong. Namun pengendara itu hanya luka di telapak tangan dan kakinya saja.

"Astaghfirullah! Non! " Bi Lastri melihat Nadira yang duduk di pinggiran jalan dengan kondisi tak dikatakan baik.

Cakra meringis kala tanganya kena batu. Bocah itu membulatkan matanya ketika melihat Umanya terluka demi menyelamatkanya.

"Uma... "

Bi Lastri berlari lalu menghampiri Nadira. Para warga yang kebetulan lewat juga membantu kecelakaan itu. Cakra berdiri lalu berlari menuju Umanya.

Cakra membelah kerumunan itu. "Uma, maafin cakla." Ucap Cakra lirih.

Para warga membantu membawa Nadira masuk ke dalam rumah. Tenang yang bawa para ibu-ibu arisan. Salah satu ibu-ibu nelpon dokter pribadi.

Nadira ia memejamkan matanya, rasa pusing mulai terasa apalagi benturan tadi lumayan keras. Ia memejamkan matanya setelah itu tak tahu apa yang terjadi.

"Aden. Yu, kedalam ya." Ajak Bi Lastri.

Cakra menangis. "Uma bakal baik-baik aja kan? Uma gak bakal ninggalin Cakla kan? " Tanya Cakra dengan beruntun.

ILHAM DAN NADIRA •| ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang