-Melupakan wanita yang sudah menjadi milik Hyungnya adalah hal tersulit bagi Jungkook, bahkan ia harus memutuskan untuk pergi wajib militer lebih awal karena itu. Tapi saat ia kembali masih dengan perasaan patah hati yang sama seorang gadis menempel...
Dengan pelan Jieun membuka matanya dan rasa pening di kepalanya segera ia rasakan. Jieun panik, saat membuka matanya dan mendapati ia bukan berada di kamar yang biasa ia tempati. Kamar ini bernuansa abu dan hitam jauh dari kamar bernuansa pink dan putih yang Nara buatkan untuknya. Saat ia mencoba mengingat sesuatu, tak ada satu ingatan pun yang tertinggal di kepalanya. Astaga, apa yang terjadi semalam.
Jieun memaksa tubuhnya untuk bangun, melihat ke arah bawah selimutnya. Tiba-tiba pikirannya berubah negatif, ingat dengan beberapa novel picisan koleksi Nara, saat seorang wanita terbangun ditempat asing tanpa busana, ia bernafas lega, saat mendapati pakaiannya masih lengkap, masih sama dengan yang ia kenakan kemarin.
Menahan pening kepalanya, Jieun turun dari ranjang. Biarpun tak ada apapun yang terjadi, setidaknya ia harus mengetahui ia berada di mana.
Saat Jieun baru saja keluar, ia mendengar suara gerakan berisik dari satu titik. Suara alat masak berdenting, Jieun segera mendekati ruangan yang ia pikir dapur itu.
"Ah,,, Jungkook Oppa!!!."
Perasaan takut Jieun menghilang seketika saat mendapati pria berkaus putih lengan panjang yang kini tengah sibuk di dapur itu. Jungkook, wajah polos tanpa riasan yang membuat wajah pria berusia 26 tahun itu semakin terlihat mempesona bagi Jieun.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Kau sudah bangun?, " Jungkook tersenyum lalu kembali berkutat pada masakannya, "duduklah Ji, aku membuatkan sarapan untuk kita."
"Aku terkejut sekali saat terbangun bukan dikamarku, aku bersyukur bahwa aku berada di tempat Oppa."
Jieun tersenyum lebar, ia selalu suka saat Jungkook memanggilnya dengan panggilan "Ji" Seolah itu panggilan sayang untuk mereka. Ia ingat pernah dipanggil seperti itu juga oleh ibunya dulu.
"Tentu saja, gadis polos sepertimu harus merasa takut, aku tak bisa membayangkan bagaimana jadinya bila semalam kau tak pergi bersamaku."
Jungkook menghampiri Jieun yang telah duduk di meja makan yang hanya berbatas meja lebar dapur, "makanlah," Ia mengangsurkan sepiring roti panggang telur lapis daging.
"Wah,,, baunya harum."
Jungkok ikut tersenyum saat melihat Jieun bersorak gembira mendapat roti darinya ia menyusul duduk di depan gadis itu dengan sepiring menu yang sama.
"Ah, aku lupa menghubungi Unnie, dia pasti mencariku semalaman."
"Aku sudah menghubungi Namjoon Hyung dan mengatakan kau berada di rumahku. Kemarin ada syuting dirumah mereka jadi aku tak bisa mengantarkanmu pulang."
"Ah, benar, aku menyusul Chaeyoung, bagaimana dengan gadis itu, " Akhirnya setelah Jungkook membicarakan ini, ia bisa mengingat kejadian semalam.
"Hobi Hyung sudah membawanya pulang."
"Ah, maaf Oppa, aku jadi merepotkanmu, aku tak bisa membiarkan Chaeyoung berbuat sesuatu yang gila lagi. Terakhir ia pernah salah naik bus sampai empat kali karena mengikuti Hoseok Oppa. Dia kan ceroboh dan buta arah, " Jieun bersungguh-sungguh dengan permintaan maafnya. Ia tak enak karena merepotkan Jungkook.